Untuk pertama kalinya dalam hidup saya pemilihan presiden begitu tajam dan meruncing. Mungkin karena calonnya cuma dua, mungkin karena penduduk Indonesia (yang punya akses internet luas; bukan cuma fb) sudah mulai sadar bahwa politik bukanlah ranah asing yang seharusnya dijauhi hanya karena cuma pegawai atau rakyat jelata. Sejarah Indonesia akan mencatat bahwa ini adalah pemilu paling sengit. Saya tidak tahu dengan anda, tapi saya memilih untuk tidak berbicara soal capres kepada teman-teman saya karena buat saya banyak teman saya belum bisa berpikir kritis untuk menganalisa kedua calon secara netral. Ini adalah bukti hasil pendidikan logika di Indonesia yang… memang tidak mengajarkan logika dan berdebat secara ilmiah.
Selama anak TK nya bisa mengoperasikan sabak digital, dapat nilai 100 untuk berhitung dan anak SD nya memperoleh IQ tinggi, orang tua Indonesia sudah cukup berbahagia. Jadi ya harap maklum jika orang-orang lulusan sarjana dari UI sekalipun cuma bisa memilih dan membela salah satu kubi dengan membabi buta. Padahal orang lupa, yang membuat pembakaran hutan jadi semena-mena, kurikulum acak kadut, kebocoran biaya di mana-mana ya karena orang-orang baik tidak peduli siapa yang duduk di pemerintahan. Orang-orang pencari keuntungan cepat yang masuk. Lalu orang-orang baik ini cuma misuh-misuh protes ini itu tanpa ambil langkah sederhana : berdoa buat bangsa dan memilih.
Eh koq jadi ngomong ini. Oke mari kembali soal ke KPUD. Jadi partner saya yang secara setia terdaftar sebagai penduduk Pekanbaru demi hormat kepada keluarga dan kecintaan pada Riau (bagian ini gw lebay2in. Ga suka ya komentar aja di bawah), akhirnya membulatkan tekad agar bisa mencoblos di TPS Depok. Entah karena dia merasa perlu berperan aktif dalam Pemilu kali ini, ga tahan dengan sindiran saya beberapa waktu yang lalu ‘ga nyoblos aj blicik’ atau karena dia deg-degan juga dengan hasil survey (baik pesanan maupun beneran).
Lokasi KPUD DEPOK terletak di Jalan Kartini no 19. Menempati sebuah rumah tua dengan pekarangan yang rindang. Tempatnya tersembunyi tapi luas di dalamnya. Seperti rumah impian saya yang belum terwujud *ealah curcol*
Ketika kami tiba sudah ada beberapa orang yang mengisi data. Kurang dari dua puluh menit sudah ada 10 orang yang mendaftar. Kemungkinan besar mahasiswa rantau yang sebenarnya kan sudah mulai liburan kuliah juga ya ? Koq pas Pemilu belum mudik ? Oh pasti seperti saya yang justru pas libur kuliah sibuk ini sibuk itu #tsah
Prosesnya cepat. Isi. Lalu menurut petugas semua pendaftar akan di-sms di TPS mana harus memilih. Mari kita tunggu cerita selanjutnya soal bagaimana di TPS nanti