Sebenarnya saya sudah mendengar soal ICE dan peresmian perdananya dari bulan lalu cuma saya tidak tertarik untuk ke sana sampai saya lihat ini
oleh-oleh dari Bricktopia, diorama Marvel/DC VS Ultrons (1) pic.twitter.com/IzdOwF7bQ2
— IG: pitra (@pitra) August 1, 2015
Selebihnya foto-foto Bricktopia 2015 dari @pitra bisa dilihat di sini
Serpong sebenarnya buat saya yang tinggal di Depok jauhnya bukan main tapi karena penasaran dengan Bricktopia hayulah. Parkir sempat mengantri tapi akhirnya bisa masuk juga dan membayar ke pihak karang taruna setempat Rp.10.000. Jika Tangerang Selatan ini adalah Panem, maka Bumi Serpong Damai ini sebenarnya seperti the Capitol, bersih, rapi, steril, homogen. Yang miskin dan hidup terseok-seok tidak boleh terlihat dalam jangkauan mata. Kota satelit ini dikelilingi tembok, hanya orang yang cukup jeli yang bisa melihat pintu-pintu kecil menuju perkampungan ekonomi lemah Tangerang Selatan. Dari perkampungan inilah pegawai minimarket, satpam dan kerja remeh temeh lainnya (seperti tukang parkir karang taruna yang saya sebutkan di atas) berasal sementara penghuni BSD sendiri berjuang di negeri seberang, DKI Jakarta.
ICE sendiri berdiri untuk menyaingi Jakarta Convention Centre dan JICC Kemayoran sehingga warga barat Jakarta bisa memiliki ruang pameran tanpa harus terseok-seok ke Jakarta. Pameran yang diselenggarakan di ICE ini sebenarnya rangkaian acara pembukaan ICE sendiri. Cuma soal pameran ini tidak diworo-woro. Yang lebih banyak dipromosikan adalah konser Chris Brown (dibatalkan oleh pihak artess), Big Bang (yang pelaksanaannya acak kadut), Sam Pek Eng Tay oleh Teater Koma, dan Raisa (seperti biyasaa). Tanpa @pitra saya tidak akan tahu ada Bricktopia. Ternyata arena Bricktopia tidak besar dan sangat ramai sehingga saya tidak lama di situ (I have problem with crowded people, now you know why I can’t stand in Indonesian wedding reception for more than 2 hours). Saya jadi iseng mengelilingi stand yang lain. Ternyata banyak stand produk Indonesia. Persis di depan Bricktopia sendiri ada stand UGM & ITB yang memamerkan hasil karya teknologi mereka. UI ? Mbuh. Kepedean sama reputasi kali ya.
Sayang stand-stand tersebut tidak banyak dikunjungi orang. Warga hanya terpusat di Bricktopia. Apakah karena stand lain tidak menarik? Hmm jangan salah. Banyak hal menarik buat saya yang selalu tertarik dengan beragam industri. Namun untuk warga Capitol eh BSD belum tentu. Semua industri ini buatan Indonesia (kecuali ada 1 stand nyeleneh yaitu Samsung). Ada dua hal yang menarik buat saya. Kumpulan industri coklat, Raspberry PI dan VIAR.
Produk dari PERINTIS (Penggiat Raspberry PI untuk Indonesia) ini sudah beragam. Dari telepon VOIP, sms gateway sampai komputer bermain untuk anak-anak. Raspberry itu apa? google ya. VIAR ternyata mulai merintis motor listrik. Kami sempat lama di sini karena keasyikan memberi masukan prototype yang ditampilkan VIAR. Sayang kunci motor sedang tidak dipegang tim marketing, kalau ada mungkin saya bisa pakai berputar – putar di arena pameran yang memang luas. Beberapa stand industri kopi akhirnya sudah tutup karena saya kelamaan di VIAR hehe. Menarik bahwa karoseri VIAR sudah bisa membuat mini dump truck, mini food truck, and mini pet salon. Urusan mini mini begini bakal laku di Depok yang jalannya konsisten sempit 😀
Syukurlah stand kopi banyak yang sudah tutup. Bisa ludes uang saya beli ini itu kalau stand mereka buka saat itu. Berikutnya yang menarik adalah pabrik mesin yang spesialisasinya adalah pengolahan biji dan bubuk. PT Kerta Laksana dengan produknya Protech memproduksi mesin penggiling biji coklat yang sudah diekspor ke Jerman. Mesin mereka ini sendiri juga digunakan untuk industri rumahan di Kampung Coklat Blitar (lah kampung gw cuma 1 jam dari Blitar tapi gw baru tahu ada Kampung Coklat T.T), Sulawasi Selatan dan Sulawesi Tengah. Seperti kopi, coklat memiliki beragam bentuk biji dan ukuran tergantung lokasi budidaya. Saya jadi terpikir, andai industri rumahan ini membuat coklat berbentuk ikon khas daerah mereka pasti bisa digunakan cenderamata. Seperti singapura dengan coklat merlionnya yang biasa banget rasanya tapi lucu buat oleh-oleh. Oh ya penjelasan soal coklat saya dapat dari penjaga stand Protech ini yang memang adalah pembuat mesin tersebut. Dia pun memberikan coklat hasil percobaannya sendiri. Makk enakk. Mau nambah gengsi..
Selain itu ada stand jaket kulit dari Garut. Sekedar informasi, karena daya beli berkurang selama hampir setahun ini, industri kulit di Garut termasuk yang mengalami hantaman. Hal ini juga terjadi di industri batik Pekalongan dan tentu saja penyewaan pickup di Depok (ada curcol di sini..). Melihat semua stand pameran di sini, saya tahu Indonesia memiliki banyak potensi, sekalipun mereka harus bergerilya sendiri. Bahkan bagian batu akik yang menjadi bahan tertawaan kaum menengah 🙂 Pameran ini berlangsung sampai 9 Agustus 2015 jadi masih ada waktu 1 minggu lagi untuk melihat sendiri
Satu pemikiran pada “Pertama Kali : ICE Serpong”