Akhirnya di penghujung Valentine 2016 ini saya memutuskan untuk mengunduh aplikasi WordPress. Mengetik dengan jempol seperti sedang chat dengan entah yang di ujung sana.
Jadi di sinilah saya bisa menuangkannya :
saya baru saja ditolak & saya terpuruk sebentar
Sebenarnya sebagai orang yang terbiasa menawarkan jasa, saya biasa ditolak. Saya adalah orang yang bisa berdiri di panas terik bubaran solat jumat Masjid Kubah Mas Cinere dan tidak ada yang mau menerima brosur saya. Sedih. Saya juga pernah berjuang menembus Jl. Alternatif Cibubur menuju Jonggol malam-malam untuk menawarkan jasa dan berujung penolakan. Juga sedih.
Namun kali ini kesedihan saya berlipat. Ini bukan soal saya. Ini soal keluarga pedagang nasi goreng yang saya bantu usaha katering tapi satu per satu pelanggan mengundurkan diri. Saya lebih sedih karena saya tahu mereka berusaha keluar dari jerat kemiskinan tapi kesempatan itu sepertinya berulang kali lewat. Si istri inilah yang rutin membantu setiap pagi. Hiburan saya karena saya memang selalu menghadapi sunyi selepas pagi sampai larut malam. Saya tidak sedang mengasihani diri sendiri. Saya tahu setelah saya menulis ini, saya akan baik-baik saja.