Tak Ada Sungai, Empang pun Jadi: Cinangka Indah

Memancing adalah olahraga yang paling membingungkan buat saya. Menunggu untuk sesuatu yang tak pasti. R sendiri sejak kembali menginjakkan kaki di Depok dari Amerika sering bertanya bagaimana cari tempat memancing.

Sebagai orang awam dalam hal mancing memancing, kecuali mancing pertengkaran, saya tentu saja menunjukkan berbagai empang yang ada di Jakarta Selatan tapi buat R mancing yang sesungguhnya di sungai. Tentu saja saya cuma geleng-geleng kepala. Bagaimana saya harus cari tahu mancing di sungai. Pernah akhirnya kami pergi memancing akhir 2011 di sekitar Depok bersama staf sekolah tempat saya bekerja dulu, tapi R sebenarnya masih mengharap mancing di sungai.

Lucunya, satu staf saya yang tinggal di Kober Depok justru sering mancing di Kali Ciliwung jika tidak ada pindahan. Terlepas bahwa Kali Ciliwung kotor, harus saya akui bantaran kali Ciliwung yang melintas Depok masih menyisakan wajahnya yang asri. Soal Kali Ciliwung Depok vs Jakarta akan saya tulis terpisah. Kembali ke mancing.

Sekalipun staf saya cukup sering turun ke Ciliwung, R tetap belum bisa mancing ke Ciliwung. Kami pun akhirnya bersepakat jika air cukup pas (karena hujan, sungai cenderung keruh), kami akan langsung pergi mancing dan kami pun juga mengatur keriaan kantor berikutnya adalah mancing bersama.

Iya ini termasuk perubahan sikap saya yang luar biasa yang ga tertarik dengan mancing sampai akhirnya mau memikirkan kerinduan Ramot mancing di sungai lalu buat keriaan kantor dengan suasana mancing..

Tentu saja mancing bersama ini tidak bisa di Kali Ciliwung, maka pencarian empang pun secara khusus dilakukan ketika Imlek. Dari googling sana sini dan mengandalkan memori akhirnya kami pun mendaratkan kaki di Cinangka Indah. Percayalah sebagai kota yang kebanyakan penghuninya berjuang mencari rupiah di Jakarta, tidak semua penduduk Depok tahu daerah Cinangka. Terletak di bagian barat menjelang Pamulang, daerah ini memang masih sepi dengan tanah kosong di kanan dan kiri.

Cinangka Indah ini memang untuk keluarga & rombongan. Di setiap kolam ada beberapa saung sehingga keluarga bisa menunggu para pemancing. Jika tidak membawa peralatan, petugas akan menyediakan penyewaan pancingan 15 ribu dan umpan 5 ribu. Oh ya kami juga memesan sepoci es teh seharga 20 ribu. Ketika berhasil memperoleh ikan, juga ada petugas yang akan membantu mengangkat dan memasukkan ikan ke jala dalam kolam.

Toilet dan mushola cukup bersih mengingat ketika kami datang tempat cukup ramai. Parkiran luas dan pedagang rupa-rupa makanan cukup beragam, selain dari pihak Cinangka sendiri juga menjual makanan minuman.

Di Cinangka Indah, ikan dikelompokkan dalam kolam yang berbeda. Jadi ada kolam bawal, ikan mas, mujaer. Ada juga satu kolam besar yang tidak dibuka hari itu. Sepertinya itu untuk perlombaan karena memang benar-benar luas. Yang jelas kalau tidak hujan saya sebenarnya tergoda untuk lari satu putaran sekedar tahu berapa panjang dan lebar kolam besar itu.

Apa hasil yang dibawa R? Ga ada sih. Selain ikan kecil yang akhirnya dilepas kembali. Kan memang tujuannya cuma survey eheheheehe *menghibur diri*

Harga makan di sini:

Nasi Rp. 5.000

Lalap sambel Rp.8.000

Tumis Kangkung Rp. 10.000

Teko Es Teh Rp. 20.000

1kg bawal bakar Rp. 67.000

Satu pemikiran pada “Tak Ada Sungai, Empang pun Jadi: Cinangka Indah

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s