untuk Alghif

ini menjadi surat terbuka karena jaman sekarang surat tidak lagi disembunyikan dalam amplop tapi dipampang di blog yang semacam diari digital agar seluruh dunia tahu. Hahaha.

Saya merasa perlu meminta maaf (tanpa perlu embel-embel sebesar-besarnya ataupun sedalam-dalamnya) kepada Alghif karena pola pikir saya yang dangkal sempat saya pakai untuk menilai pekerjaan Alghif. Sepanjang 26 tahun perjalanan hidup, saya melihat sebuah kehidupan seharusnya berjalan biasa saja. Lalu saya bertemu R kemudian Alghif.

Awalnya saya berpikir kenapa ada satu manusia yang bisa punya karier gemilang mau-maunya turun tangan keciprak kecipruk mengurusi sekelompok manusia buta hukum yang sering digilas siapa saja yang berkuasa. Akhirnya saya mulai menyadari bahwa saya tidak ada bedanya dengan perumpamaan orang Yahudi yang cuma melintas ketika melihat orang sekarat: Kasihan lalu menjadi kaum menengah ngehe yang merasa perlu pamer harta-tahta-dan derita. Sementara Alghif justru menjadi orang Samaria: turun tangan.

Tentu saya khawatir dengan kondisi fisik Alghif, mau sok-sokan menganjurkan freeletics lah wong saya yang cuma pekerja lepas dari rumah nyaris tidak sempat melaksanakan ibadah mensana in corpora sano. Saya yang tadinya cuma sekedar kasihan mulai terpikir untuk berbuat sesuatu dengan terlibat dalam donasi yang digalang LBH. Saya segitu niatnya menjadwalkan transfer otomatis untuk SIMPUL mulai bulan ini.

Karena Alghif, saya pun PD membantu satu keluarga yang belum saya kenal untuk memulai warung nasi gorengnya. Sebab saya menyadari lingkaran kemiskinan cuma bisa diputus dengan gotong royong. Selama koperasi belum menjadi sesuatu yang seksi di negeri ini, biarkan saya dan teman yang coba mengulurkam tangan. Kalau gak karena Alghif, saya akan masih mencibir dengan orang-orang yang protes soal penggusuran ataupun reklamasi. Sekarang saya baru sadar, di negeri ini hukum bisa dipermainkan oleh para empunya uang.

Saya sih sampai sekarang belum sekuat Alghif, meladeni pertanyaan orang mengenai sikap Alghif terhadap LGBT misalnya. Jika saya jadi Alghif mungkin saya sudah blok orang tersebut dari percakapan Whatsapp. Mungkin itu yang membedakan saya dengan Alghif. Jadilah dia yang direktur LBH, saya tetap jadi pekerja lepas.

Jadi buat siapapun di sana yang MapFin (mapan finansial, red. karena kaum menengah ngehe was so last year dear), berhenti terburu-buru nyinyir di media sosial ketika melihat orang-orang kumal mencari keadilan. Lihat lebih dekat, cobalah berempati jika belum tergerak berdonasi.

 

//platform.twitter.com/widgets.js

//platform.twitter.com/widgets.js

Satu pemikiran pada “untuk Alghif

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s