Ketika Seorang Anak Salah Menyebut Nama Ikan, Waktunya Melek Digital

Whatsapp group Psikologi saya pagi ini riuh mengenai pembahasan seorang anak yang salah menyebut ikan tongkol. Beberapa teman saya menghimbau agar tidak menyebarkan video tersebut karena mencederai mental si anak. Mungkin kami bisa, tapi bagaimana dengan orang lain? Kecenderungan orang tua yang merasa perlu melindungi anak dari segala kondisi negatif sering membuat orang lupa, daripada sibuk membendung informasi lebih baik ajari mereka untuk memilah.

Wajar jika solusi cepat orang tua adalah enggan membahas/ memindahkan ke topik pembicaraan lain/ memasang berbagai bentuk blokir agar anak tidak perlu tahu. Itulah yang dilakukan pemerintah kita ketika kasus penistaan agama mencuat dan pemerintah kalap sendiri dengan kekacauan yang selama ini mereka biarkan. Sebenarnya kekacauan ini awalnya cuma di ranah digital tapi karena penyebaran informasi begitu cepatnya, dunia nyata pun jadi ikut terbawa kasak kusuk ini.

Baiklah kembali ke anak tersebut dan anak-anak lain yang saat ini masih di bawah pengasuhan orang tua yang enggan melek digital. Saya menyampaikan kepada grup, mau sampai tahun baru Kodok, setiap manusia di bumi ini akan memilik kemungkinan mendapat gilirannya tenar selama beberapa saat persis seperti fenomena om telolet om. Bagaimana pihak keluarga menyikapi hal tersebut?

Emang agak susah sih mengajarkan ini kepada orang Indonesia yang masih memuja angka kecerdasan (orang awam menyebutnya IQ) dan masih percaya otak kanan otak kiri. Saat ini di luar sana mereka sudah menyusun mengenai kecerdasan digital dan orang Indonesia masih memikirkan anaknya berada di jurusan yang prospeknya jelas dengan IP tinggi supaya mudah cari kerja dan memperoleh penghasilan tinggi. Bayangkan pemikiran usang abad 20 masih dibawa ke abad 21. Kalau ini masa zombie berkeliaran makan otak, mungkin zombie paling malas makan otak orang Indonesia: ga lezat bergizi.

Ah sudah ah menyindir bangsa sendiri. Jadi saat ini sudah disusun 8 kecerdasan digital dan tim penyusun ini dengan bijak menyusun semacam silabus agar bisa diajarkan kepada anak sekalipun kurikulum di negara tempat anda tinggal belum paham. Biasanya orang Indonesia yang masih kurang menghargai karya langsung sambung nanya ‘ada yang bisa unduh gratisan gak‘ #eeaa. Cita-cita sih mau dapat jodoh seiman, tampan nan kaya raya tapi kalau cari gratisan kenapa lu selalu terdepan? Modal dikit nyong!!!

Jangan merasa berbahagia dulu bahwa dengan mengetahui soal 8 kecerdasan digital ini lalu anda merasa sudah di atas segalanya. Pada kenyataannya saat ini anak anda yang sedang lucu-lucunya main sepatu roda butuh menguasai keterampilan berikut ini di dunia kerja nantinya.

Memang dunia kerja ketika anak-anak saya nanti seperti apa? Ya tidak sesederhana generasi anda yang bertahun-tahun setia menjadi pegawai negeri atau kelola perkebunan korporasi sih Om, Tante. Pemetaan untuk revolusi industri keempat kurang lebih seperti ini. Pasti banyak yang mikir, ‘ah pusing lah, lebih baik saya bekerja tak jemu-jemu supaya bisa sekolahkan anak yang prestigius tak lupa memastikan mereka akan akhlak dan agama

Yaa.. silakan juga lah wong trend orang Indonesia saat ini sudah membebankan anak-anaknya dengan nama yang rumit sarat makna yang mencerminkan ketakwaan. Lanjutkan saja dalam hidup keseharian. Saya cuma mau mengingatkan ledakan jumlah penduduk saat ini akan menggiring kita ke perebutan akan sumber makanan secara masif. Kita sedang berdiri di negara yang tidak melakukan apa-apa terhadap profesi nelayan dan petani yang makin lama semakin sedikit sambil terus menerus impor gandum, beras, dan kedelai untuk kebutuhan perut rakyat yang membutuhkan mi instan, tempe dan nasi. Terus kalau anak-anak kita cuma berputar-putar dengan hapalan apa mereka bisa buat perubahan untuk Indonesia? Ga usah jauh-jauh lah soal Indonesia. Bagaimana mereka bisa menumbuhkan tanaman dan menghasilkan makanan minimal untuk keluarga mereka sendiri?

NB:  Untuk yang secara detail membaca link yang saya berikan, bisa lihat gak bahwa salah satu yang mendukung riset kecerdasan digital adalah Yayasan Lego? Nah ternyata mereka juga ada kerjasama dengan Universitas Cambridge di tahun 2015 untuk mendanai siapa saja yang mau mengambil profesor dalam bidang bermain dan pendidikan (ya tentunya ada hubungannya dengan Lego lego juga lah tong.. masa ngasi budget $6,1 mio buat urusannya ama DOTA.. kan DOTA udah ada jurusan perkuliahannya..)

Indonesia gimana Indonesia? Oh pendidikan tingginya masih seputar masa ospek yang dibentak-bentak ya? Yang bisa dibawa ke seniornya naik gunung tahu-tahu pulang tinggal nama? Gak pa pa. Gak pa pa yang penting rajin ibadah, sewaktu-waktu hilang nyawa udah tahu tempatnya di mana. Untuk yang teknologi-teknologi, kalau ga ke Cina, biarlah kita serahkan ke India. Toh Gojek sudah memberikan kita teladan paripurna

sandeep_mertia_computer_van-700x525

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s