Maret 2020:
Saya sudah tidak perlu Ketomed lagi. Cukup sampo racikan Ramot doang. Ga bisa ke salon karena pandemi. Hiks. Jadinya keramas sendiri 5-6 hari sekali.
1 Januari 2020
Saya akan memperbarui tulisan saya:
Saat ini saya hanya menggunakan sampo racikan partner hidup + sampo ketomed dan hanya keramas 1x seminggu. Mengapa saya keukeuh cuma keramas 1 minggu sekali? Karena saya ke salon untuk creambath 1x seminggu. Hehe.

Sekalipun saya banyak terbantu dengan dua sampo ini, sayangnya pembuat sampo yang foto kiri belum mau memproduksi massal agar banyak yang terbantu. Harap bersabar ya man teman.

Tulisan di bawah ini ditulis 1 Juni 2018. Perubahan Terbaru ya Baca di ATAS
Mengapa percobaan soal sampo ini saya anggap serius seperti perempuan yang berulang kali mencoba bayi tabung? Karena rambut adalah mahkota? Meh mana minat dengan jawaban remeh temeh seperti itu.
Jadi sejak remaja saya menyadari bahwa saya mudah sekali berketombe. Saya dulu percaya dengan kata-kata orang sekitar yang menyatakan bahwa saya berketombe karena keramas tidak bersih ataupun tidak rutin. Padahal saya mencuci rambut tiap hari pun, keesokan harinya rambut saya langsung berketombe dan selalu rontok. Mari kita abaikan soal kerontokan. Mungkin rambut saya rontok semata-mata lelah dengan gaya hidup saya yang enggan istirahat. Andai rambut saya tahu bahwa saya memforsir diri semata-mata mengusir sepi. #eeaa
Lanjut, soal ketombe. Jadi dulu saya sampai pakai Clear dan merasakan bagaimana rambut saya jadi kering tapi tetap keesokannya kembali berketombe. Lalu muncullah Zinc. Lebih parah. Muncul Lifebuoy. Sama saja. Ketika itu mencari segala sesuatu belum di Google ya dek adek. Paling majalah yang saya nebeng baca. Ya di masa itu sudah jaman mencari di Yahoo. Cuma tahu kan Yahoo: carinya apa munculnya apa.
Tentu saja ada masanya saya tidak bisa mencuci rambut tiap hari. Dengan kepercayaan diri yang semu saya pun menjawab kepada dunia, ‘halah persetan lah. Aku sudah lelah‘.
Apa? Selsun? Sudah saya coba juga. Sama. Ketombean, garuk-garuk dan tetap dihakimi oleh orang : kurang rutin sih, kurang bersih sih. Sakit hati sebenernya aku tuh. Kayak udah jungkir balik jualan, bikin iklan dsb masih dituntut ini itu. Semacam mati pucuk lah mungkin rasanya.
Bayangkan sejak usia ±13 tahun menghadapi ketombe, saya baru tercerahkan usia 32 tahun. Luar biasa bagaimana segala sesuatu masalah hidup saya selalu terpecahkan tepat pada waktuNya (baca : Ya Tuhan lama banget yhaaa). Jadi ketika itu secara tidak sengaja saya membaca cerita Mbak Ade yang menggunakan teknik Poo. Saya mencoba dan bahagia. Haha. Rambut saya bersih sekalipun saya mencuci rambut 1 minggu sekali. Namun masalah berikutnya yang muncul adalah soal waktu persiapan. Saya tidak selalu bisa siap dengan jeruk nipis dan soda kue.
Saya kembali membaca bahwa bahan pencuci alami adalah Lerak. Sayangnya saya tidak tahu harus membeli lerak di mana di Depok. Iseng saya mencari sampo Lerak di Tokopedia. Eh ada yang jual di Surabaya. Isenglah mencoba

Sampo ini cukup bagus. Ketombe berkurang memang. Saya tidak perlu keramas tiap hari. Cuma berasa kurang beneran bersih saja. Entah mengapa. Apakah karena leraknya kurang kental? Saya tidak punya pembanding sih.
Cuma mengingat sampo ini cukup praktis, ya saya beli kembali setiap kali habis. Oh ya untuk yang tidak buka tautan tulisan saya soal Poo, sumber bencana rambut saya adalah SLS yang ada di seluruh merek sampo. Tenang saya tidak ingin menambah zat yang anda jadikan kambing hitam untuk kesehatan tubuh paripurna di dunia fana. Sudah banyak substansi yang jadi korban:
- MSG bikin bego (baca deh riset lebih dalam lagi)
- Bulu kucing bikin tokso. Hahhhh. Lelah.
- Makeup ada paraben bahaya (ini digunakan industri dandan untuk membuat produk mereka superior dan dibeli ibu hamil : bebas paraben bundaaaa!)
Jadi lanjut ya saya tidak mau gara-gara tulisan ini anda sibuk menghindari sampo industri. Korelasi paraben keq, MSG keq, Musik Mozart keq dan kehamilan ga segitunya. Gak eug ga mau kasi tautan beritanya. Situ kalau hamil mau menghasilkan anak cerdas cendekia ya biasakanlah googling jurnal dalam bahasa Inggris dan baca baik-baik sampai penelitiannya seperti apa.
Balik ke ketombe. Nah kalau saya ingat ya baking soda suka diselang-seling. Lalu saya pun melihat seliweran sampo batangan Lush dijual di Bilik Ayu. Tergodalah untuk mencoba. Toh tak semahal serum muka 18 jeti yang dijual Mbak Eva (pemilik Bilik Ayu, red.)

Sama seperti Sampo Lerak, cuma ada kepuasan batin karena bentuknya yang batangan bisa menggosok-gosok kulit kepala dengan sampo tersebut. Kemudian hidup saya selalu saja ada variasi yang mengejutkan. Kucing saya, Merdeka, masuk kamar mandi dan menjatuhkan sampo tersebut. Larutlah di lantai. Bu Yati, asisten saya, pikir itu adalah sampo yang tumpah. Dibilaslah sampai bersih dan ubin disikat kinclong. Mau nyanyi lagu Kecewa-nya BCL tapi ku tak sanggup.
Dalam peratapan kehilangan sampo Lush yang baru 10x pakai tersebut (klaim bisa sampai 80x pakai), saya pelan-pelan mencari produk lokal. Di Instagram ada yang menginformasikan untuk cek Soap Corner. Entah mengapa saya beberapa lama mengikuti akun tersebut saya merasa hanya mendapat terpaan promosi soal sabun pencuci kuas makeup. Mungkin algoritma Instagram yang memang payah atau saya tidak terlalu menyimak detail. Saya akhirnya berhenti mengikuti akun Soap Corner karena merasa tidak ada info soal sampo alami.
Di hari yang melelahkan ketika Tokopedia mengadakan promo besar-besaran 25 Mei, saya pun asik berkeliling toko di Tokopedia. Kebetulan sampo Lerak Sedjati sudah mau habis dan ada kupon promo yang bisa saya pakai. Saya kembali teringat Soap Corner untuk membeli sampo minyak kelapa. Memang ada apa dengan minyak kelapa? Ya belajar dari anjing kucing saya yang jika ada masalah kulit pakai minyak kelapa. Ternyata Soap Corner memberikan pilihan aroma. Nah semua informasi saya cari dari website mereka. Tidak Instagram. Kemudian menurut keterangan, produk ini bisa untuk sabun juga. Praktis kan. Haha.
Sambil menunggu produk dikirim, saya juga berkeliling ke Watsons. Mereka ternyata meluncurkan produk sampo alami bebas SLS. Hmm. Iseng lah saya membeli botol terkecil. Saya coba baunya enak, cairannya bening. Entah mengapa saya iseng membuka label yang ditempelkan tambahan agar bisa masuk Indonesia. Ini gara-gara setelah keramas, esoknya koq saya merasa gatal dan berketombe. Ternyata di balik stiker itu:

Apa maksudmu maz? Bebas dari Sodium Lauryl Sulfate tapi mengandung Sodium Laureth Sulfate? Kamu pikir nilai Kimia SMA ku itu hasil joki maz? *lamat-lamat mengalun lagu patah hati* Yah ga pa pa sih. Usahamu boleh juga Watsons. Lanjutkan.

Untung beli kecil saja. Cuma 11 ribu. Tentu saja Bu Yati berbahagia mendapatkan hibah

Akhirnya paket dari Soap Corner tiba. Langsung coba lah. Mak beneran ya mau milih aroma Pina Colada tetep minyak kelapa murninya terasa banget. Saya jadi berasa seperti kucing dan anjing saya yang perawatan jamur hahaha. 2 sampai 3 coba ternyata berhasil. Ahhahaha. Saya tidak perlu keramas tiap hari, ketombe tidak ada dan gatal-gatal itu pergi. Hore hore bergembira tentu saja. Saya plong bisa menemukan produk lokal yang memenuhi kebutuhan saya secara maksimal. Nah apakah saya pakai untuk sabun? Tidakkk. Pelitt. Haha. Mungkin berikutnya saya akan order aroma yang berbeda. Untuk yang mau coba. Rata-rata sampo alami itu tidak punya aroma mewangi semerbak sehingga partnermu tergoda menghirup seperti di iklan. Bahkan baking soda tidak menghasilkan bau apapun. Sampai saat ini saya puas dengan Soap Corner dan belum terpikir kembali ke baking soda. Mungkin nantilah kalau ada air panas langsung di kamar mandi.
