Tidak ada yang lebih memusingkan di dalam wirausaha ketika kamu kepentok sebuah urusan dan gak ada yang bisa ditanyain sanking sedikitnya orang berwirausaha di Indonesia. Kalau sudah urusannya digital marketing nyaris lebih sepi lagi karena wirausahawan yang menerapkan teknologi digital marketing seringkali pengetahuannya cuma sebatas sabuk putih dan hijau. Sementara saya sabuk coklat. Mungkin ada banyak yang sabuk coklat tapi mereka di perusahaan besar bukan usaha mikro. Jadi bayangkan coklat kejedot, yang sabuk putih dan hijau cuma melongo doang, yang sabuk coklat corporate mau kasi masukan gak bisa relate dengan usaha mikro. Jadi izinkan saya sambat di sini sambil siapa tahu kalau Anda kepentok seperti saya, Anda tidak merasa sendirian karena ada orang yang senasib. Jadi gini, mengapa mempromosikan sebuah usaha itu penting via digital? Ya karena saat ini promosi paling harga masuk akal dan bisa terukur ya melalui kanal digital. Mengapa kudu terukur? Ya simple sih ki sanak, budget promosi itu kan selalu cekak, jadi kita mau tepat sasaran. Sekarang kamu paham kan politikus kalau sampai bisa pasang billboard dengan foto yang profesional itu tandanya budget turah-turah? Karena nyaris gak ada hitungan presisi apakah pemasangan muka segede gaban berkorelasi langsung dengan orang jadi suka lalu milih.
Balik ke digital marketing, ada dua kerajaan penguasa digital yang mau tidak mau kita bertekuk lutut dengan takzim kepada mereka:
- Meta (Facebook, Whatsapp, dan Instagram)
- Google (di Google Map, Youtube, Google Search)
Untuk kost peninggalan alm mama saya bernama Arjuna38 ini tadinya saya mau fokus di Google saja karena logikanya orang cari kost kan dari Google Map. Ternyata kost tidak bisa mendaftarkan diri di Google Map. Tiga kali bikin tiga kali ditolak. Ketika ditolak, saya mengajukan banding. Dasar saya tidak cermat, saya gak ngeh bahwa penolakannya ya karena usahanya kost. Saya sudah kadung menulis surat banding panjang lebar sampai rupa-rupa foto ga ngeh kalau kebijakannya kost gak bisa ada di Google Map. Ya sudah nangis aja di pojokan. Dari kategori hostel, boarding house, hotel semua dibantai. Saya sendiri bingung bagaimana kost lain bisa ada di Google Map sementara saya gak bisa? Pasti bukan the power of orang dalam dong? Memang ini Becuk? (becuk.. bea cukai.. bukan becuk becuk kita main lagi ya kawan). Alasan Google apa? Gak ada penjelasan. Tenang aja. Meta ngilangin uang iklan saya 300.000 juga tidak kasi penjelasan apa-apa koq. Lah wong CS pengaduannya aja gak ada. Asik kan?
Akhirnya saya coba daftarkan lagi Arjuna38 sebagai organisasi nirlaba. Saya jadikan saja Arjuna38 ceritanya kantor pusat Rumah Steril. 1-2 minggu statusnya memang pending edit. Google kaya mikir: Hmm macacih ini NGO.. hmm. Lalu saya iseng isi update di Google Maps dan yak begitu update ke-3, Google ingin verifikasi Arjuna38. Semua kegiatan pembaruan di Google Map langsung diblokir oleh Google. Kali ini verifikasi Arjuna38 dengan mengirimkan surat via pos. Iyak Google memang seniat itu koq untuk verifikasi. Saya gak kaget. Dulu pas bikin usaha pindahan dan gereja saya di Google Map semua dengan modal dapat kiriman surat. Sekarang paling deg-degan nya nunggu surat dari Google sampai takut pas Pak Pos sampai gerbang anggap rumah kosong padahal semua paket bisa dititip ke tetangga saya Lova Laundry.
Namun antisipasi ditolak kerajaan Google sekalipun sudah memasukkan nomor verifikasi, saya sudah siapkan rencana cadangan yaitu fanpage Facebook. Sejujurnya saya enggan untuk kost cuma 6 kamar harga Rp.350.000 kudu main Meta. Ngiklan di Meta itu mahal, belum tentu close deal, malah kolom chat penuh dengan pertanyaan yang gak penting. Memang sih kita bisa atur agar tayangnya di Instagram saja. Pertanyaannya apakah calon klien kita di luar Jabodetabek main Instagram? Jawabannya adalah tydakkk. Kebanyakan orang ketika di Pare itu mainnya Facebook untuk cari kost. Kalau cari berita artis ya IG. Jadi kalau ngiklan di Facebook, kita bisa terpampang di group-group, di sisi samping atau di tengah-tengah sekalipun yang merespon bisa jadi : nich apah ya? Mbuhhhhh kesuwen aku nyauriiii.
Nah kapan kita pakai strategi digital marketing di Google atau di Meta itu, sangat-sangat tidak sesederhana itu dijelaskan. Anda email saja saya deh nanti saya kasi masukan. GRATIS. Saya bisa cuma modal pake perasaan : ah ini mah ampe mejret ga mungkin ngiklan Instagram atau ya udah lah ini iklan baris aja di Google itu semata-mata karena saya sudah mendalami dunia digital marketing sejak 2011. Jadi ya memang jago. Aslinya saya gak pelit ilmu tapi saya merasa gak cocok diajarkan ke dalam ruang kelas. Lebih baik one on one session.
Berikutnya di bawah ini saya akan tuliskan ulang apa isi update yang saya tadi sedang kerjakan di Googlenya Rumah Arjuna38 ya. Kalau di bawah ini keahlian khusus dalam marketing global mau itu digital atau ketemu orang langsung: story telling alias seni mendongeng. Saya jago mendongeng sampai ada 1 pemuda memotong cerita saya: bertele-tele banget nyeritain gitu doang. Intinya aja lah. Dalam hati saya bergumam: Awas kamu anak muda, kujadikan materi blog satu saat nanti. Saya tidak berhenti mendongeng sekalipun pemuda tersebut bilang begitu. Saya hanya berhenti mendongeng kepadanya.
Balik ke Arjuna38. Kost di Pare itu banyak. Bagaimana meninggalkan kesan? Gak apa apa calon klien gak minat sama kostan kita tapi setidaknya berjejak saja di kepala mereka. Ya caranya ndongeng. Percayalah entah itu merebut hati calon mertua atau membuat investor mengucurkan dananya ke usaha kita ya semua dari membangun cerita. Investor saya sih gak jauh-jauh dari Bank BRI ya. Namun nyatanya ketika toko saya masih online alias cuma jualan di toped, surveyor BRI mangguk-mangguk saja menyimak pemaparan ide saya yang kalau dipikir sekarang et-dah-ga-banget-deh-ide-lu. Seperti kata Taylor Swift:
Sebelum Arjuna38: Damarsari27
Tahukah kamu potensi manusia terbesar adalah ketika KEPEPET? 2004, bapak saya meninggal. Ibu saya yang sepanjang ingatan saya selalu ada aja keluhan tentang bapak, mendadak lemas lunglai tidak bisa apa-apa patah hati ditinggal bapak. Sejak itu saya belajar : perempuan selalu ngomongin jelek pasangannya, tapi begitu pasangannya gak ada, ya gak bisa apa-apa. Huh. Sementara gaji pensiunan berkurang drastis jadi kudu puter otak untuk mendapatkan penghasilan tambahan agar saya bisa bayar kuliah di UI yang cuma 1.260.000 itu. Tipikal orang tinggal di perumahan PNS Ps Minggu, tentu saja kamar-kamar di rumah diubah jadi kost. Saya dan ibu tidur di depan TV buat sekat dari triplek. Anak kost pertama adalah Bu Glenda. Saya yang tidak bisa berbahasa Inggris padahal sudah lulus Advance 4 LIA, memaksakan diri berkata-kata sepatah dua patah kata yang penting Ibu Glenda jadi minat kost di Damarsari27. Setelah Bu Glenda, ada Vicky & Yvone yang ngekost karena sekolah di SMAN 28. Di situlah saya baru sadar SMA saya itu agak istimewa karena orang Cilegon dan Ciledug bela-belain sekolahin anaknya di SMAN 28.
Kost membuka wawasan saya karena saya belajar banyak untuk peduli kucing liar dari Ibu Glenda, belum lagi anak kost mengajari saya untuk belajar Bahasa Inggris dari TV kabel, foto pakai kamera digital & yang terpenting belajar bahwa gak segala hal itu hitam & putih. Kost yang jelas sih mengajar apa itu hospitality. Memperhatikan kebersihan fasilitas dan rutin diskusi dengan tim kerja (Mbak Sri). Usia 20 th selain belajar bangku kuliah di Psikologi UI tapi juga Damarsari27.
Dari Damarsari27 ke Arjuna38
Dari April ’04 sampai Okt ’11 saya mengurus kost Damarsari27. Memang alm ibu saya sendiri menjual rumah kami Desember ’09 kepada Pak Bowo Sidik Pangarso & Mba Yanti tapi Damarsari27 tetap dijalankan sebagai kost. Saya lah yang membantu mengawasi anak kost. Hampir anak kost dari era ibu saya tidak ada yang berubah. Kalaupun keluar ya karena menikah atau pindah kerja. Bukan karena tidak betah. Bahkan ketika rumah Arjuna38 mulai siap, 2 anak kost Damarsari27 ikut membantu memindahkan 3 kucing dari Jakarta ke Kediri.
Kucing ini memang kucing yang Ibu Glenda tolong dari pinggir jalan. Sempat punya anak karena saya masih belum paham soal steril pas tahun 2006 itu. Akhirnya mereka semua saya steril, vaksin kemudian gak lama pindah ke Pare.
Ketika akhir 2011 saya ikut pindah ke Depok karena ajakan teman, Damarsari27 berubah banyak. Selain karena perpindahan pemilik (lagi), saya baru sadar saya adalah salah 1 alasan anak kost merasa pulang. Ini yang sering gagal dipahami pemilik kost pada umumnya. Mereka pikir selama kost dilengkapi CCTV, kunci pintu digital, wifi maka beres sudah. Padahal sentuhan manusia itu perlu. Gonta ganti penjaga/ penanggung jawab kost yang diakrabi anak kost itu meninggalkan kehampaan tersendiri terutama kalau mereka tidak bisa selalu pulang ke keluarga.
Arjuna38 Babak 1
Arjuna38 dimulai seingat saya akhir 2010 setelah seluruh renovasi selesai. Konsep bangunannya, blue printnya sejujurnya tidak saya kuasai sampai alm mama saya meninggal. Saya memang mengenal beberapa anak kost tapi ya sudah tidak ada kontak lagi. Dari Sept 2010 sampai Sept 2022 alias 12 tahun saya tidak tahu bagaimana perkembangan kost Arjuna38 karena di rentang masa tersebut, mama saya ada teman di Arjuna38 jadi saya asumsikan mereka berdua bisa urus dengan baik. Belum lagi rentang itu saya merintis wirausaha yang saya rasakan sebagai masa paling sunyi di dalam hidup.
Arjuna38 Babak 2
Ketika alm mama saya meninggal, saya menemukan fakta kost hanya diisi 2 kamar dan kamar tidur depan ada bangkai tikus dan sarang laba-laba. Selain ada 6 kucing yang tetap sejahtera hidup ya. 1 kucing bahkan usianya 13 tahun alias Loci hidup mengalami 2 periode: Damarsari27 dan Arjuna38. Sekalipun saya dalam duka saya terlatih untuk tetap terus bekerja tidak tergantung sekelabu apa perasaan hari ini. Jadilah saya kembali dulu ke Depok memikirkan berbagai langkah baru kemudian kembali ke Pare awal 2023. Tentu saja namanya mengambil alih usaha sekalipun itu milik alm mama saya sendiri gak bisa ujug-ujug modal pongah ala manusia kepala 2. Saya konsolidasi ke berbagai pihak. Konsolidasi itu apa sih? Ya ngobrol-ngobrol membangun silaturahmi, memberi kabar, memaparkan ide semata-mata untuk menyimak jangan-jangan ide paripurna dari kota begitu dibawa ke kabupaten gak bisa dijalanin. Sungguh loh itu terjadi. Kalau di Depok cukup gabung WAG RT untuk tahu info terbaru lingkungan, di Pare ya masih dengan menyambangi tetangga satu per satu.
Selain ngobrol ke banyak orang, kegiatan berikutnya ya melaksanakan kegiatan teknis. Keluar dana iya, pikiran, tenaga apalagi. Di sini saya sudah bertindak sebagai pemimpin. Hal yang saya pelajari ketika memimpin: selalu ada yang tidak suka dengan keputusan saya misalnya saya membatasi waktu renovasi atau hal lain yang tidak saya sebutkan di blog ini.
Mau Dibawa Ke Mana Arjuna38?
Saya sebenarnya baru balik dari Pare untuk urusan penutupan NPWP alm ibu saya yang mana ahli waris butuh hadir ke kantor pajak Pare membubuhkan tanda tangan yang cuma makan waktu 10 detik itu sementara perjalanan ke Pare nya lebih dari 10 jam. Yah saya syukuri saja artinya Tuhan memberikan ekstra liburan karena Tuhan tahu saya lihat jalan tol saja sudah senang. Saya tentu memikirkan apa rencana selanjutnya untuk Arjuna38? Pindah ke Pare lalu sebulan sekali ke Depok kontrol lapak? Tetap seperti ini mengurus lapak di Depok sambil dua kali setahun mengecek Arjuna38? Memang saya mulai kelabakan antara mengurus bocor di Arjuna38 dan bocor di Depok, wastafel mampet di Depok, wastafel bocor di Arjuna38. Namun selama masih ada pegawai yang saya ajak diskusi saya tidak seterpuruk itu sih. Untuk keputusan besar seperti itu, saya memilih pelan-pelan memutuskan. Tidak segegabah kepala 2 yang iya iya aja jual Damarsari27. Mungkin efek menuju Vivi 4.0. Mungkin karena terinspirasi anak mertua.
Akhir kata saya tulis besar-besar ya:
Bisnis kost-kostan itu gak menguntungkan mau gimana pun jungkir balik ngitungnya 🙂 Biaya perawatannya, kompetisinya karena semua terjun bikin kost/ rumah petakan. Akibatnya, sama seperti kulakan pakan kocheng yang harganya dibanting-banting, begitu pula usaha kostan. Pikir 398x kali mau membayangkan pendapatan pasif kalian atau uang pensiun hari tua kalian adalah ngutipin duit kost/ kontrakan/ ruko. Seringan nangis di pojokan. Saya sudah kenyang ngeliat orang bisa mbangun kost/ kontrakan/ ruko, dapat uang sewanya tapi ya ga bisa renovasi. Karena segitunya tipis margin yang didapat.
Terus mengapa masih mempertahankan kostan? Sederhana :
Gak segala-gala diukur dengan return of investment atau laba rugi. Bisa mengenal anak-anak kost, menambah pertemanan, dan dapat pelajaran hidup dari mereka menjadikan kisah saya berwarna
Vivi Alone 2023