Dunia dalam Beef

Kalau Dunia dalam Berita isinya 30 menit berita dunia, maka Dunia dalam Beef isinya orang-orang yang terluka tidak tahu harus bagaimana. Tentu saja ceritanya sederhana dan tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Sesederhana : ya kali situ akhirnya bersenggama dengan adik dari orang yang anda ajak ribut di jalan? Ya kali anda segitunya mencari tahu orang yang bikin anda kesel. Muahaha. Ngayal sekali. Ini naskah film pasti kompensasi si penulis yang tidak bisa mendapatkan beragam hal tersebut di dunia nyata.

Tulisan di bawah ini berisi cuplikan isi film dan mengambil sudut pandang Amy saja. Jadi kalau anda masih butuh kejutan dalam sebuah film seri sepanjang 5 jam.. ya tulisan ini bukan untuk anda.

Sebenarnya film ini akan selesai dalam beberapa detik jika saja mereka mengingat Ricky Gervais dalam After Life:

Namun gimana dong Amy dan Daniel adalah orang-orang biasa yang pahamnya cuma dua kutub : luapkan atau tekan-tekan. Seperti orang-orang yang bisa menyetir, jalanan sering digunakan orang untuk meluapkan emosi yang tidak bisa mereka lakukan di depan umum. Saya yakin jika pedal dan setir di bumi ini dikumpulkan, mereka bisa menjadi saksi bisu orang-orang yang menangisi nasib, orang yang marah tapi tidak tahu bagaimana kemarahannya tidak berbalik menjadi bencana, ataupun orang yang menyimpan rasa kasmaran.

Tentu saja khusus untuk dua tokoh ini yang dirasakan adalah kemarahan dan lebih mudah buat mereka untuk menyalahkan satu sama lain daripada seperti lagunya Taylor Swift:

Sebenarnya kemarahan mereka adalah sebuah campuran dari timbunan gejolak emosi yang lebih beragam tapi mana ada sih orang yang bersedia mengurai satu per satu pemantik kemarahannya.

Amy adalah gambaran ibu muda ideal versi media sosial : punya rumah, punya anak, punya suami yang mendukung lahir batin, punya bisnis yang menguntungkan. Kurang apa lagi coba? Namun dari adegan- adegan yang cuma sepersekian detik itu kita tahu Amy merasa kelelahan dan Amy merasa tidak terlalu didengarkan George.

Namun di Beef kita gak bisa sekonyong-konyong kesal kepada George. Dia hanya mengambil langkah-langkah yang menurut dia efektif dilakukan karena bisa jadi George juga sudah kelelahan dengan Amy yang bolak balik gak jauh dari ketidakmampuan mengatur kemarahannya. Lagipula jauh di dalam hatinya, ia mungkin merasa inferior. Bahwa kompensasinya adalah dengan mengajukan konseling perkawinan dan di saat yang sama ada perselingkuhan sekejap ya namanya juga manusia, ya nggak.

Amy di mata dunia juga dilihat datang dari keluarga baik-baik. Mama papa masih menikah sampai mereka tua, mertua juga peduli. Terus apalagi sih yang dicari? Masalah di jalan selisipan aja koq sampai segitunya?

Ya mungkin karena sepanjang hidupnya Amy selalu menerima kenyataan bahwa kemarahan perlu dikunci dan tampilkan saja yang baik-baik. Dia tidak pernah tahu bahwa kemarahan, kesedihan, kekecewaan, dan frustasi kadang cuma perlu kita sadari saja. Tidak perlu tergesa-gesa untuk harus pergi. Tidak perlu panik jika tidak bisa langsung diatasi. Beuh gue ngomongnya bijak banget padahal dulu gue adalah Amy.

Hal yang Amy akhirnya perlu sadari, apa yang ia tekan-tekan, hawanya akhirnya terasa. Dia mungkin ingin menjadi pahlawan dan memberi wajah baru sebuah keluarga untuk anak satu-satunya, tapi betul kata adiknya Daniel : egois bahwa lu ga hepi dan lu nyebarin itu ke mana-mana. Lu memang gak secara terbuka marah, tapi orang di sekitar lu bisa ngerasa didihan kekesalanlu, gelapnya kepahitanlu sekalipun lu berusaha terlihat manis.

Akhir kata, saya plong film seri ini hanya ada 1 musim. Dah lah gak perlu ada musim ke-2.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s