Kali ini saya mau cerita soal proses saya untuk mengikuti seleksi pendidikan profesi psikolog di UI. Tahun ini adalah kala kedua saya mencoba setelah gagal tahun lalu. Selama enam bulan saya vakum menulis salah satu penyebabnya ya soal kegugupan saya menghadapi percobaan kedua ini. Saya rasa saya perlu omon-omon dengan Pak Prabowo apa yang ia rasakan mencoba jadi presiden sebanyak 4x. Apakah ia akan menjawab, ‘ini semua cuma masalah u punya manset‘
Kegugupan ini membuat saya merasa bahwa waktu harus dialokasikan dengan baik kalau gak kerja ya belajar. Padahal sebenarnya saya curcol terus di Thread supaya gak ada yang baca. Baiklah saya akan cerita bagaimana proses seleksi profesi psikolog UI dilaksanakan.
SIMAK UI TES AWAL
SIMAK UI Alias SeleksI MAsuK Universitas Indonesia. Di dalam SIMAK UI untuk Profesi Psikolog ada tahap yang mesti dilakukan :
- Mendaftar di website Penerimaan UI. Di sini unggah ijazah, transkrip nilai, bayar formulir.
- Nanti dapat jadwal hari ujian. Lalu kerjakanlah Tes Potensi Akademik yang mencakup : Tes Kemampuan Verbal, Tes Kemampuan Logika dan Tes Kemampuan Bahasa Inggris.
- Begitu tes itu lulus, ada email dari Fakultas Psikologi.
SIMAK UI : Tes Lokal? Bentar Duluu
Di dalam link email yang diberikan Fakultas Psikologi ada hal hal yang perlu diisi
- Data diri meliputi isi nama, alamat tinggal, unggah foto lagi dan tak lupa status perkawinan.
- Abis itu ditanya soal riwayat keluarga. Tentu saja saya merasa otomatis sebatang kara karena isinya 0 semua.
- Ditanya soal riwayat sekolah dari SD sampai kuliah, tak lupa unggah ijazah lagi, unggah transkrip lagi.
- Ditanya soal pengalaman bekerja. Hadeuh. Ini malu. Banyak banget kerjaan yang sudah dijalani.
- Ditanya soal pengalaman kuliah. Duh ini malu. Mengapa dari umur 20 tahun semua yang saya lakukan semata-mata cuma untuk bertahan hidup saja haha.
- Lalu ada pertanyaan – pertanyaan pra profesi yang tak kalah seru seperti website menuliskan apa yang baik dari keluarga kita, apa yang kurang. Apa yang yang oke dari perkawinan kita, apa yang ga oke dari perkawinan kita. Tentu saja saya jawab apa adanya. Toh anak mertua ga bisa debat juga?
- Belum cukup? Ada esai yang harus diisi tentang seseorang yang kita amati yang memberikan sensasi ambivalen alias pengen ngetokin kepalanya tapi ga bisa atas dasar humanisme pemirsa
- Udah? Belumm. Ada esai self disclosure memilih profesi psikolog. Tulis aja maksimal 1200 kata.
- Dari sini kita perlu mengejar dua dosen dari masa lalu yang notabene buat saya itu 20 tahun yang lalu untuk isi tentang kita. Mana ingat? Ya kita kasi kisi kisi lahhh.
Tes Lokal : Teori Psikologi
Bukan cuma dalam bentuk pilihan ganda, tapi juga dalam bentuk esai, psikotes Wartegg, dan psikotes Draw a Person..
Tes Lokal : Wawancara
Tentu saja pembahasannya seputar hal yang sudah kita submit di website. Saya sendiri tidak tahu gagalnya saya di tahun 2024 di wawancara kah? Di ujian esai kah?
Kesimpulan
Serangkaian tes ataupun tugas yang saya kerjakan ini lah yang membuat saya harap-harap cemas. Saya ingin sekali meyakinkan semua orang bahwa ketika saya menginginkan sesuatu, saya benar-benar bertanggungjawab menjalankan hal tersebut sepenuh hati tanpa banyak jargon yang berbunyi. Andai hal tersebut juga bisa diterapkan dalam urusan memiliki anak. Sayangnya keterbatasan dana dana dana daya daya daya.