Saya baru bisa tertawa terbahak-bahak menggelegar seperti alm ibu saya beberapa tahun ini. Sebelumnya? Saya cuma bisa ketawa gelo (dibaca dalam Bahasa Jawa ya bukan Betawi). Kalaupun benar-benar lucu, saya cuma tertawa tapi tidak pernah bisa lepas seperti ada yang menahan. Sama seperti kalau saya sedih, saya selalu pasang rem pakem cuma menampakkan muka datar dengan menangis sekadarnya, pantang terisak-isak.
Lalu hari ini saya meluncur beli siomay Oan dan secara spontan, ibu penjual bilang kepada saya, ‘mbak setiap kali ke sini selalu terlihat enjoy‘. Sekadar informasi, saya baru aktif membeli bakpao Oan, bakpao terenak se-Depok raya kurang dari setahun ini karena baru akhir-akhir ini saya bisa mengendarai motor kembali. Seketika saya terharu dan mata agak berkaca-kaca merespon ibu tersebut. Tentu saja senyum saya merekah bahagia.
Saya senang sekali karena berarti aura sukacita saya terpancar (hazek) di tengah panas dan teriknya Depok hari ini. Saya juga sekaligus bersyukur bahwa sukacita saya ini bukan karena saya baru jadi ratu sehari, bukan karena keuangan pribadi saya luar biasa paripurna tapi justru saya baru saja gagal ujian profesi psikolog kedua kalinya.
Semua orang bisa sumringah di tanggal gajian, rumah tangga penuh kasih mesra, dan semua aspek kehidupan berjalan baik-baik saja. Namun bersukacita atau setidaknya penuh damai sejahtera ketika orang lain tidak melakukan yang kita harapkan, tetap full senyum ketika kontribusi kita dalam hidup seseorang dianggap biasa saja padahal sudah sekuat tenaga, BUAT SAYA ITU ENERGI yang luar biasa. Sangking besarnya turah-turah sampai bisa dirasakan orang lain.
Kalau ditanya apa resepnya? Saya pasti jawab TIDAK TAHU. Mungkin ini hasil doa saya bertahun – tahun untuk penuh damai sejahtera dan tidak ada kepahitan lagi. Mungkin justru ini karena kemurahan Tuhan saja untuk mengubah sudut pandang saya dalam menghadapi beragam masalah.
Akhirnya saya pun menjawab ibu tersebut ketika kedua kalinya dia menyatakan bahwa saya terlihat ENJOY:
Ibu, sama seperti ibu, saya juga punya beragam masalah yang ga habis-habis dan kadang membuat saya terpuruk juga tapi saya belajar menyikapinya gini bu : MANUSIA BERENCANA, TUHAN BERCANDA, ya sudah kita bawa ketawa saja hehehe.
Ibu itu pun mengangguk-angguk kagum kaya ga kepikir bahwa Tuhan itu komika favorit saya. Saya meluncur pulang sambil girang sendiri membayangkan laksa dicemplungin siomay: hao tji!
