Sejak saya menemani murid ke Pondok Pengayom Ragunan semester lalu, saya semakin menyadari pentingnya pendidikan untuk orang awam tentang kucing dan anjing liar. Saya semakin tergerak untuk lebih memberi uluran tangan kepada anjing dan kucing jalanan. Saya tidak punya uang lebih & itu yang membuat saya frustasi tapi saya belajar membuat perubahan tidak harus dengan uang. Bisa juga dengan tulisan & menyediakan waktu untuk menjelaskan hal yang sama berulang-ulang kepada siapa saja yang saya temui. Entah karena hidup di Indonesia (terutama di Jakarta dan sekitarnya) yang begitu keras atau telah dibentuk dalam keluarga untuk cuek, banyak orang saya perhatikan yang tidak peduli dengan binatang.
Orang-orang tidak satupun yang berpikir mengapa banyak binatang di jalanan. Tentu itu bukan mau mereka kan ? Ada orang yang dengan sengaja mengabaikan binatang-binatang tersebut, sehingga terdamparlah mereka di jalan, di pasar, di pinggir warung. Binatang-binatang itu seringkali jadi target kekerasan, mulai dengan dipukul atau disiram air panas. Yang lebih ngeri adalah anak-anak kecil melempari binatang-binatang tersebut dengan petasan di saat bulan puasa.. Hanya karena mereka binatang yang tidak bisa mengadu ke polisi atau pengacara, maka manusia terus melakukan hal tersebut.
Saya salut menemukan orang-orang yang peduli dengan binatang terlantar dan melakukan sebuah langkah penting dalam mengatasi binatang liar ini : STERILISASI. Buat orang awam sterilisasi terdengar asing, aneh dst. Malah ada yang beranggapan sterilisasi pada kucing jantan tidak diperlukan semata-mata supaya kucing tersebut tetap merasakan ke-JANTAN-annya. Padahal dengan sterilisasi, maka jumlah pertumbuhan binatang liar (terutama kucing) akan perlahan berkurang. Satu hal lagi, kucing jantan yang belum disterilisasi seringkali berakhir dengan luka-luka karena ribut dengan kucing jantan lainnya untuk memperebutkan kucing betina. Luka-luka tersebut jika dibiarkan akan membahayakan juga buat si kucing.

Strategi paling mudah untuk sterilisasi adalah dengan menargetkan sebanyak-banyaknya pada kucing jantan. Mengapa ? Pengangkatan testis mereka hanya membutuhkan waktu 30 menit dan dalam waktu 1×24 jam mereka sudah bisa hip hip hura. Bandingkan dengan kucing betina yang waktu operasi bisa sampai 2 jam dan perawatannya 7 hari. Andai saja semua orang yang punya hati bersedia menangkap kucing jantan di jalan dan membawanya ke baksos sterilisasi kucing, maka saya percaya dalam 10 tahun ke depan, anda semua yang begitu kejam kepada kucing sudah tidak bisa melihat mereka di jalan. Puas kan ?
Ya memang ada biaya sterilisasi, sudah dibantu dengan baksos pun, anda perlu merogoh uang beberapa ratus ribu untuk biaya operasi + beli kandang. Namun menurut saya membuat perubahan ya memang harus pakai biaya.
Itu tadi soal kucing sekarang soal anjing. Akuilah bahwa orang Indonesia brutal kepada anjing. Semata-mata karena najis kalau dijilat anjing, maka jadilah segala bentuk kekejaman kepada anjing menjadi sah. Saya juga tidak bisa melarang orang yang memakan daging anjing mengingat itu budaya suku tertentu di Indonesia. Namun cobalah liat foto diatas, begitulah cara produsen anjing menyiapkan hidangan untuk anda. Semua orang pasti tahu, anjing tidak dibeleh seperti ayam tapi diremukkan kepalanya. Begitukah cara manusia memperlakukan ciptaan Tuhan lainnya ? Silakan anda menikmati daging anjing, tapi coba pikirkan cara lebih bijak sebelum nyawa anjing tersebut dicabut. Sekalipun jumlah anjing liar lebih sedikit daripada kucing liar, tapi jangan salah sangka, banyak anjing-anjing yang dipelihara di rumah mendapatkan perlakuan yang paling menyedihkan. Saya pernah melihat dengan mata kepala saya bagaimana seorang yang cukup mampu untuk membawa anjingnya ke dokter hewan, hanya merantai binatang tersebut dan membiarkan anjingnya menderita. Saya masih ingat siapa pemiliknya & dengan berat hati saya masih belum bisa memaafkan orang tersebut. Ya memang banyak orang membeli anjing untuk sekedar jadi penjaga atau untuk ajang sok-sokan. Ketika mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan, mereka hanya merantai dan memberi makan sekedarnya (yes mas bro kasi nasi ama lauk untuk anjing ras itu makanan sekedarnya!!! Lu mungkin doyan tapi itu bukan diet yang tepat buat gukguk).
Saran saya sih ya, kalau memang anda penyayang anjing (dan kucing) stop petantang petenteng beli anjing dari petshop. Coba buka hati anda kepada anjing-anjing yang diabaikan pemiliknya dan adopsi mereka. Ada koq yang ras, ada yang lokal, yang jelas organisasi nirlaba adopsi ini bisa kasi saran mana binatang yang tepat untuk adopsi, sehingga anda ga makan hati pelihara & binatang peliharaan tersebut juga sejahtera. Okelah, ucrit, kucing yang saya temukan di Pasar Jatinegara dengan keadaan mata buta sebelah sudah minta dielus-elus untuk bobok siang. Berikut ini info adopsi anjing atau kucing :
- Jakarta Animal Aid Network (@jaan_indonesia)
- Let’s Adopt Indonesia (@LetsAdoptInd)
- Indonesia Animal Lovers
Akhir kata : MERDEKA itu semua hak mahluk hidup termasuk yang berkaki empat 🙂
Sabtu, 15 Maret 2014 saya menemukan anjing ini sedang mencoba mencari makan di tempat pembuangan sampah di belakang hotel Bumi Wiyata Depok. Apakah ada yang mengenali ? Saat ini kami beri nama Gufi. Jika tidak ada yang mengenali kami akan menawarkan untuk diadopsi setelah Gufi disteril.

Leave a Reply to ficilia Cancel reply