Pulang Itu Orangnya

Memasuki waktu bagian sunyi ketika tidak ada orang yang bisa saya ajak bicara dari hati ke hati (sebenarnya saya menulis di ruangan bersama 3 pria tapi tetap saja berbicara seperti ini ,,, ah sudahlah). Saya lebih suka menuangkan apa yang saya kicaukan dalam bentuk tulisan yang saya tahu kemungkinan orang menyediakan membaca sangat rendah. Dalam kesendirian, saya juga merasakan kesepian tapi ketika tidak ada yang bisa diajak bicara, menulis adalah solusinya.

Baiklah lanjut ke topik tulisan. Selama beberapa kali saya menulis soal pulang. Di sini, di sana, dan di situ. Lalu hari ini saya berada di kesimpulan final. Pulang itu adalah saya sendiri. Saya tidak bisa mengharapkan ada orang yang bisa dipulangi, punya tempat berteduh yang ideal, atau romantika lainnya. Ketika saya kembali dari perjuangan menjalani hidup ke tempat berteduh dimana pun itu, saya akhirnya berkata ‘saya pulang‘. Terlepas saya sendirian, tidak ada kawan bicara. Saya tetap pulang. Ternyata saya adalah pencipta pulang itu sendiri. Rumah Damarsari yang dulu saya tinggali & kemudian saya menjadi koordinator kost begitu menyenangkan untuk dipulangi semata-mata karena saya yang berupaya untuk membuat tempat tinggal itu bukan cuma terminal. Sapaan dan penataan yang saya lakukan ternyata membuat semua terasa ngangenin untuk dijadikan alasan pulang. Saya adalah pulang. Dimanapun saya berteduh saya menjadikan tempat itu nyaman untuk menjadi tujuan pulang bagi mahluk hidup

3 pemikiran pada “Pulang Itu Orangnya

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s