Pertama Kali : Ke Pulau Pari

Cerita saya tentang Pulau Tidung sebagai pulau pertama di Kepulauan Seribu yang saya kunjungi empat tahun yang lalu ada di bagian bawah tulisan ini. Empat tahun kemudian saya dan partner kembali melangkahkan kaki. Kali ini ke Pulau Pari dan atas nama kepraktisan menggunakan jasa tour dari Arya – @TripPulauSeribu. Website mengenai keterangan acara di pulau bisa dilihat di anak pulau . Sebelum berkepanjangan bahas liburannya sendiri, saya sangat merekomendasikan Anak Pulau untuk yang mau berlibur ke Pulau Seribu. Arya sabar melayani semua tamu yang datang dan menjelaskan banyak hal kepada kami sekalipun mungkin hal tersebut sudah ke 1000x diucapkan hehe

Sabtu pagi 7 Juni kami berangkat jam 4 pagi mengantar binatang peliharaan kami ke rumah teman dulu. Kami tiba di Muara Angke jam 6 tepat sesuai kesepakatan. Kapal berangkat 7.30 tepat sehingga dua teman kami dari Lembaga Hukum Jakarta masih bisa mengejar kapal. 4 tahun yang lalu apartemen tersebut seingat saya belum selesai dibangun. Sekarang sudah tegak berdiri dan bahkan sepertinya kami baru saja menyelesaikan pekerjaan di sana beberapa hari sebelum kami berangkat ke Pulau Pari

angke
kapal dengan penumpang di atap kena tilang

Setibanya di Pulau Pari saya langsunggggg TIDURRR. Ini sebenarnya efek kelelahan saya karena sehari sebelumnya saya cukup tegang akibat 1 kucing saya sakit. Setelah selama sebulan satu per satu binatang peliharaan saya dihajar penyakit, saya sama sekali tidak siap melihat kucing saya sakit sebelum liburan saya.

baksos steril Pulau Pari mungkin ?
baksos steril Pulau Pari mungkin ?

Ketika seluruh orang selesai makan siang dan siap berangkat snorkeling, saya baru bangun dan buru-buru makan dan ganti baju. Saya kemudian menyadari bahwa jumlah kucing di Pari ini sudah terlalu banyak. Saya ingat Jakarta Animal Aid Network sudah pernah mengadakan bakti sosial steril kucing di Pulau Pramuka. Mungkin Pulau Pari bisa menjadi proyek selanjutnya bagi komunitas pecinta kucing manapun yang tergerak.

yuk maree
yuk maree

Kami pun berangkat snorkeling. Terus terang jauh lebih berwarna koral di Pulau Tidung empat tahun yang lalu daripada di Pulau Pari. Menurut Arya sendiri dari berbagai pulau yang sudah dia kunjungi, dia memilih Pulau Harapan (dengan kondisi mengunjungi 7 pulau terdekat untuk snorkeling). Kami juga mampir ke Pulau Tikus yang mengingatkan saya dengan Pulau Tidung Kecil. Kedua pulau ini sama-sama pernah kami kelilingi dengan jalan kaki. Bedanya Pulau Tikus cukup 30 menit juga sudah selesai. Sedangkan Pulau Tidung Kecil butuh waktu 90-120 menit.

pulau tikus
keliling pulau tikus

Setelah snorkeling, angin apa saya koq mau-maunya naik banana boat. Pemandangannya cantik sekali ketika kami naik banana boat. Kami melihat matahari terbenam sambil terbanting banting. Air masuk ke hidung dan telinga cukup membuat saya kembali terlelap dan melewatkan makan malam. Saya baru kembali bangun jam 9 malam untuk BBQ.

terbit
berawan

Pagi harinya saya dan partner berjalan kaki ke dermaga sekedar melihat matahari terbit. Semburatnya pun berarti buat saya. Kami kemudian kembali ke penginapan. Partner sarapan, saya minum kopi dan makan pisang goreng. Kami pun lanjut mengayuh sepeda ke arah barat pulau.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Saya dan partner benar-benar berjalan sampai ujung dari pantai LIPI

selfie
selfie

Baru kemudian kembali berjalan kaki ke parkir sepeda dan menuju timur pulau yaitu ke Pantai Perawan. Di LIPI ini benar-benar sepi. Mungkin karena tidak ada kegiatan yang menarik selain cuma diam menikmati laut. Namun buat saya justru yang sepi ini yang menenangkan. Lanjut ke Pantai Perawan memang pantai yang ditujukan untuk melakukan berbagai kegiatan dari berenang, mendayung sampai voli pantai. Di Pantai Perawan ini juga cukup banyak warung sehingga bisa bersantai di saungnya.

sewa kano
sewa kano

Tepat jam 10 pagi kami selesai di Pantai Perawan. Kami harus segera mandi dan bersiap. Pulangnya luar biasa puanas. Bukan di lautnya tapi di Muara Angke. Kepadatan kapal – kapal yang bersamaan menurunkan hasil tangkapan benar-benar luar biasa menguras energi.Total biaya yang kami keluarkan :

  1. biaya trip Rp. 340.000 (all in)
  2. Naik kano Rp. 30.000
  3. Parkir mobil seharian Rp. 50.000
  4. Tol Rp. 50.000
  5. Bensin Rp. 100.000
  6. Air mineral dan jajan pepeda, otak-otak, kopi Rp. 50.000

Simak tulisan saya 4 tahun yang lalu :

IMG_2192

Akhirnya ke tidung. Yah emang happening banget deh Tidung. Liburan singkat yang direncanakan mendadak ini akhirnya dilaksanakan Jumat-Sabtu (25-26 Juli 2010). Berangkat dari Ps Minggu jam 5 pagi dan tiba di Muara Angke jam 6, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki kapal ke Tidung selama beberapa jam. Cuaca hujan dan ombak cukup sukses membuat teman-teman perjalanan saya tumbang dan menyerahkan kesadaran mereka kepada Antimo. Ketika tiba di rumah yang kami gunakan untuk menginap, saya dan tiga teman yang berangkat bersama-sama dari Ps Minggu langsung masak nasi dan makan rendang plus sop (atas nama pengiritan, kami membawa makanan plus rice cooker dari JKT hehehe). Sisa obat antimo membuat sebagian besar teman-teman langsung tidur siang setelah makan baru kemudian bersepeda setelah sholat Jumat. Tujuan kami saat itu langsung ke arah Tidung Kecil. Dengan membayar Rp.1000 untuk parkir sepeda, perjalanan ke pulau Tidung Kecil dilanjutkan dengan berjalan kaki. Sepanjang mengelilingi Tidung Kecil, saya menggunakan kesempatan itu untuk berfilosofi (prikitiew) bahwa hidup saya mirip dengan perjalanan menyusuri pantai tersebut. Selama hampir 2 jam berjalan, nyaris ada semburat putus asa akankah selesai mengelilingi pulau ini. Bahkan ketika perjalanan mengelilingi pulau kecil itu hampir berakhir, saya dan teman-teman harus melalui jalan setapak yang penuh alang-alang. Mungkin begitulah gambaran hidup saya, untuk mendapatkan mimpi-mimpi saya, ada perjalanan yang harus saya tempuh. Indah memang untuk dinikmati tapi tidak dapat dipungkiri kadang saya terpuruk dan bertanya akan berujung kemana semua ini..

Cukup sudah sentimentil berjalan kaki, perjalanan Tidung Kecil diakhiri dengan meloncat di jembatan Cinta. Sebenarnya saya tidak ada minat sama sekali untuk meloncat. Bukankah dari awal teman saya yang sibuk ancang-ancang untuk meloncat? Namun entah apa saya begitu terdorong untuk meloncat. Lagi-lagi atas nama berfilosofi diatas jembatan sana. Sepanjang diatas saya tahu saya bisa meloncat dan saya akan baik-baik saja setelah meloncat. Namun memang berani untuk menantang diri sendiri ke titik maksimal butuh waktu..

Seusai loncat (tidak) indah itu, kami lanjut makan malam di pinggir pantai dekat kantor kecamatan Tidung. Dibawah sinar bulan purnama dan langit yang cerah, saya hanya sanggup menyiapkan segala lalapan dan menyerahkan pembakaran ikan kepada bapak pemilik penginapan.

hari kedua
hari kedua

Hari kedua hanya diisi dengan snorkeling. Untuk orang yang pertama kali melakukan ini, saya cukup sukses menelan beberapa teguk air laut tapi setidaknya tubuh saya tidak ada luka akibat gesekan dengan batu karang mengingat beberapa kali saya mengarah ke tempat yang sangat dangkal. Setelah snorkeling, kami pun makan siang dengan menu yang sama seperti kemarin : RENDANG. Jam 2 siang kami telah meninggalkan Tidung dari jadwal yang seharusnya jam 1. Kesan saya tentang Tidung? Indah.. sungguh indah untuk orang seperti saya yang suka melamun.. di pinggir pantai.. entah pagi, petang, atau dibawah sinar bulan. Buat yang tidak bisa naik sepeda, carilah teman perjalanan yang bisa bawa motor sehingga bisa dibonceng keliling pulau menggunakan motor sewaan.

Catatan Kecil:
1. sampai juli 2010 cuma ada sinyal Indosat. Silakan simpan nomer Telkomsel apalagi Esia anda..
2. kalau males bawa perkakas, beras dan lauk seperti saya, silakan order. Sekali makan di Tidung Rp.15,000 berupa nasi kotak
3. Perincian biaya per orang adalah kurang lebih Rp. 280.500 dgn rumah, BBQ, dan kapal untuk snorkeling dibagi 7 orang dan taksi dibagi 4 orang:
a. makanan yang dibawa dari JKT Rp. 27.500
b. Taxi dari Ps Minggu Rp. 20.000
c. Boat ke Pulau Tidung Rp. 35.000
d. Sewa sepeda Rp. 17.000
e. BBQ ikan Rp. 12.000
f. snorkeling gear Rp. 35.000
g. kapal untuk snorkeling Rp. 36.000
h. kapal dari Tidung ke Angke Rp. 35.000
i. Angkot B1 dari Angke ke Pluit Rp. 2.000
j. Bis dari Pluit ke Stasiun Kota Rp. 2.000
k. Kereta ekonomi ekspress Rp. 5.500
l. Angkot dari Ps Minggu ke kost Rp. 2.000
m. Penginapan di Tidung Rp. 43.000

Untuk lihat video 4 orang gila yang loncat ada disini:

Tulisan salah satu teman perjalanan:
http://papiru.wordpress.com/2010/06/28/liburan-hemat-ke-pulau%C2%A0tidung/

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s