Mungkin lebih banyak ketoprak yang rasanya lebih enak daripada ketoprak langganan saya sejak kecil ini. Berada di Jl. Raya Ragunan dan selalu rutin jualan di depan toko bangunan berhadap-hadapan dengan sebuah rumah yang puluhan tahun menjadi agen koran Jakarta Post. Nama bapak penjualnya saya lupa. Bayangkan sejak dalam kandungan ibu, saya hanya mengingat ‘ketoprak’ tanpa tahu namanya. Baru di tahun 2014 saya menanyakan nama dan sekarang sudah lupa. Ini akibat saya tidak pernah makan ketoprak selain bikinan dia sampai akhirnya partner, beberapa kali mengajak saya mencoba ketoprak lain. Memang ketoprak ini porsinya belum cukup mengenyangkan untuk kapasitas R. Belum lagi di tempat lain ada tambahan telur goreng sementara di sini tidak ada.
Di Depok juga ada penjual ketoprak malam tapi rasa masih perlu dikendalikan untuk menjadi sedikit mirip dengan ketoprak Pak Tua (itu cara saya membedakan ketoprak favorit saya dengan ketoprak selera R). Saya baru tahu dari teman saya yang seorang guru EF bahwa untuk mendapatkan ketoprak yang enak mintalah ekstra bawang putih. Jadi setiap kali saya membeli ketoprak di Depok saya selalu minta ekstra bawang putih. Dulu saya membeli ketoprak ini setelah ibadah gereja di GPIB Pasar Minggu. Sekarang saya berusaha mampir ketika saya selesai memberikan les privat dan mengarah pulang kembali ke Depok. Sempat ketika awal saya tinggal di Depok, ketoprak ini tidak berjualan. Saya nyaris khawatir berpikir dia sudah tidak sanggup berjualan atau sudah tiada tapi ternyata Pak Tua masih ada 🙂