Pertama Kali : Nonton Opera Ular Putih Teater Koma

Bulan April sepertinya bulan petualangan gratisan. Dimulai dari tiket gratis nonton dari @revolutia, #WalkingTour gratis dari @Havenuwa, lalu trip gratisan #famtripjateng dari @visitjawatengah (liputan menyusul). Ketika @revolutia menyebutkan soal tawaran tiket gratis, saya sebenarnya tidak berharap banyak. Saya pikir pasti banyak orang yang sudah lebih dulu mendapatkan tiket tersebut. Eh ternyata saya dong yang dapet. Jadilah meluncur ke Taman Ismail Marzuki di malam minggu. Saya jarang sekali pergi di malam minggu antara menghemat biaya dan tidak tahan dengan kemacetan Depok.

Untunglah perjalanan bisa ditempuh dengan kereta yang disambung dengan ojek. Tiba dengan selamat, kami pun duduk manis di kursi yang telah disediakan. Pertunjukan mulai tepat waktu dengan dekorasi panggung yang digarap serius. Beneran deh dengan dekorasi sebesar itu jelas harus digarap oleh orang-orang yang profesional. Ini mengingatkan saya pada dekorasi panggung pagelaran busana Didi Budiarjo. Styrofoam yang digunakan Didi dipesan langsung dari Surabaya dan itu benar-benar luar biasa besar. Sama besarnya dengan dekorasi pilar dan ular di panggung Ular Putih..

Saya sudah lama ingin menonton Teater Koma. Kaya apa sih nonton teater itu ? Cuma ya balik lagi, saya sering tidak tahu kapan jadwal penayangan, belum lagi prioritas hidup seputar makan, utang dan lipstick.. #eeaa. Opera Ular Putih seperti biasa disponsori oleh Djarum Foundation. Sebenarnya cerita Opera Ular Putih tidak beda jauh dengan yang ditayangkan di SCTV ketika saya SD tapi makkk kostum, make up, dekorasi panggung, akting semua tergarap apik. Okelah mungkin ada kritikus seni yang lebih mumpuni untuk menilai, tapi buat saya mahluk awam berkesenian, pertunjukan Opera Ular Putih sudah sangat ciamik.

Pertunjukan dimulai dengan barisan musik. Dasar orang kampung, saya tercengang ‘oh musiknya live, gw pikir muter dari kaset’ #eeaa #kaset. Selanjutnya cerita pun berjalan seperti seharusnya cerita Ular Putih bergulir. Melihat Siluman Ular Putih memanggil siluman lain untuk mencuri dari pejabat korup agar membiayai pernikahannya membuat saya berpikir.. this girl is so freaking badass.. ga jaman bok mbayar cicilan kewong dengan terisak-isak kaya gw.. rampok aja cynn..rampok *okeh pengalihan isu. hentikan curcol*

Sebenarnya yang menarik dari Opera Ular Putih justru bukan si Ular Putih yang luambat apalagi tabib klemar klemer ini, justru keasyikan menonton terjadi ketika ada Siluman Ular Hijau, rakyat biasa, dan banyak peran lain yang begitu dinamis dan bersemangat. Oh ya satu lagi. Buku informasi soal Opera Ular Putih ini juga masih saya simpan sangking bagusnya (maklum saya sering ke percetakan, jadi bisa membedakan mana cetakan bagus mana cetakan asal ada). Sayangnya saya menonton di  tanggal 11 April sehingga itu bukanlah hari terakhir pertunjukan mereka (hari terakhir 19 April) sehingga saya tidak bisa membawa pulang beberapa pernak pernik kecil dekorasi. Ini bisa buat catatan saya untuk menonton pertunjukan Teater Koma berikutnya : pesan hari terakhir biar bisa ada yang dibawa pulang. Hehehe. Saya pasti dengan sabar menunggu waktu pertunjukan berikutnya. Berikut ada beberapa foto cuma dari kamera hape (maklum gerimis membuat saya lupa bawa kamera digital) dan posisi memang tidak bisa dibohongi sehingga foto tidak seberapa jelas. Yang jelas setiap kali saya melihat foto-foto ini, saya masih bisa merasakan keriangan pemain, riuhnya adegan, denting bunyi musik dan bau ruangan

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

4 pemikiran pada “Pertama Kali : Nonton Opera Ular Putih Teater Koma

  1. Halo, Mbak. Terima kasih sudah menikmati pentas kami. Tapi untuk mengambil pernak-pernik panggung tetap tidak boleh meskipun itu hari terakhir, karena mungkin saja kami akan pentas ulang lagi atau pernak-pernik tersebut kami pakai lagi untuk lakon lainnya. Demikian pula untuk lakon lain (kecuali kalau memang benda-benda itu disebarkan ke arah penonton).Harap maklum. Salam budaya. -Rangga Bhuana-

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s