Karena manusia berencana dan Tuhan bercanda, pagi ini saya yang tadinya mau menjemput kucing Upik dari Rumah Sakit Hewan Jakarta malah akhirnya berakhir menguburkan Upik. Kucing Upik adalah kucing pertama yang hidup bersama saya di Depok. Cerita soal awal mula Upik dan Ucrit ada di sini
Upik menghembuskan nafas terakhir jam 11 dan saya masih ingat ketika di Pasar Jatinegara dia cuma terduduk lemah karena lapar. Saya masih inget membawanya cuma dengan tas kain lagi-lagi cuma terduduk tanpa perlawanan, berbeda dengan saudaranya Ucrit yang berulang kali memaksa kabur. Ucrit sendiri menghilang di awal 2014.
Apa sebenernya penyakit Upik? tidak ditemukan sebenarnya tapi kondisi Upik sejak Minggu terus drop. Saya bisa lihat Upik sudah lelah. Upik bahkan sudah tidak bisa berdiri dengan kakinya sendiri. Untuk pertama kalinya dalam hidup, R dan saya menanyakan soal euthanasia (di kalangan pecinta hewan kami menyebutnya dengan bahasa yang lebih manis : PTS alias Put-To-Sleep). Saya sendiri sudah terbiasa menandatangani surat persetujuan euthanasia ini sejak 2008. Dimulai dari kucing kecil di Damarsari, kucing tertabrak di Putera Bangsa, kucing saya sendiri Felix, dan sekarang Upik. Tiga yang pertama tertidur tanpa kehadiran saya karena saya sebenarnya tidak pernah sanggup melihat kematian. Cuma untuk Upik, saya hadir. Saya melihat perubahan matanya. Sama seperti ketika mesin pernafasan almarhum bapak saya dihentikan.
Saya tetap berusaha tenang di Rumah Sakit Hewan Jakarta Ragunan. Saya masih membalasi beberapa pertanyaan whatsapp group seperti tidak ada apa-apa tapi saya tahu saya remuk. Saya paham betul orang menganggap PTS atau euthanasia adalah tindakan menjadi Tuhan. Koq tega-teganya.. Satu hal saya tahu bagaimana hewan meregang nyawa menjelang kematian. Kalau mereka bisa memilih pasti mereka tidak mau seperti itu. Upik sudah di RSHJ dengan tim yang memang bisa melaksanakan euthanasia (tidak semua klinik ada fasilitas euthanasia). Tim dokter juga sudah melihat bahwa Upik semakin melemah. Di postingan ini saya mau menjabarkan berapa total biaya yang R harus keluarkan untuk Upik. Transaksi memang kami lakukan dengan kartu kredit karena di RSHJ tidak ada 3 % fee charge. Sebenarnya ini menguntungkan pengguna kartu kredit. Tinggal gesek lalu ubah saja transaksi mengubah jadi cicilan 12 kali.
Untuk yang mau berkomentar ‘koq segitunya buat kucing’.. pastikan dulu anda bukan berada di barisan manusia Indonesia yang :
- dibela-belain utang demi acara kawinan 1 hari yg 99% tamunya lu ga kenal tapi toh lu cari utangan supaya membahagiakan orang tua
- ngutang buat upacara kematian yang (menurut keluarga besar) sukses.
Kalau memang anda bukan dari golongan tersebut silakan nyinyir. Kalau anda pelaku salah satu tindakan ‘wajar’ kaum beradat berbudaya di Indonesia yang saya sebutkan di atas, just shut up. Terlampir biaya Upik dari hari Minggu 9 Agustus 2015 sampai Kamis 13 Agustus 2015 di luar biaya ke Klinik Hewan Depok Minggu pagi.
- 16 buah syringe Rp. 3000 = Rp. 48.000
- Cek Lab QBC Rp.100.000
- Cek Lab Fecesnatif Rp. 25.000
- Cek lab Ureum Rp. 50.000
- Cek leb Alt (SGPT) Rp. 50.000
- Cek Lab Alp Rp. 70.000
- Cek lab Tokso Rp. 220.000
- 12x Obat Amccilin Ink Rp.13.000 = Rp. 156.000
- Metronidazole 1 botol Rp. 98.000
- Asering Infus 3 botol Rp. 99.000
- 4 Catosal Rp. 11.000 = Rp. 44.000
- Rawat Inap 4 x Rp. 70.000 = Rp. 280.000
- X-Ray besar Rp. 250.000
- Registrasi Rp. 27.500
- Emergency di Minggu pagi Rp. 200.000
- Visit dokter 4 hari x Rp. 20.000 = 80.000
- Euthanasia Rp. 400.000
Totalnya ? Rp. 1.735.250 + Rp. 682.000.
Oh jelas aja ya hobi sik memang diniatin. Cuy kalau hobi, gw mah mending koleksi Lego. Sama kaya lu lu smua yang bela-belain cari pinjeman ke bank demi kawinan sesuai standar emak babe lu, begitu juga Upik.. she was my family. Ketika seluruh orang sudah ga tahan dengan ruko panas, cuma dia yang mau menemani bertahan. I might not her perfect owner but I have tried my best to support her.
Leave a Reply to stolenbyjac Cancel reply