Sekalipun untuk sebagian banyak orang resolusi awal tahun dan refleksi akhir tahun sesuatu yang klise dan menjemukan, saya merasa perlu tetap melakukannya untuk kesehatan mental saya pribadi *lebay mode on*. Saya tidak suka menetapkan target pun saya tidak suka meletakkan batu pencapaian (baca : milestone). Lah wong disuruh berhemat untuk urusan keluarga aja wis sewot koq apalagi target-targetan. pret.
Namun saya harus memasuki 2016 dengan lebih riang. Entah ini siklus 10 tahunan atau bagaimana, kondisi ini persis dengan saya di tahun 2006. Di tahun 2004 saya babak belur secara mental, masuk 2005 dengan kondisi semangat mengobati luka, 2006 berjalan dengan manis. Begitu pun 2014. Urusan pernikahan di penghujung tahun 2014 membuat saya lebih lama di sisi gelap daripada sisi terang (lah emangnya..Star Wars). 2015 saya masuki dengan sisa-sisa kelelahan 2014. Lumayan memecah keributan besar dengan partner di 2015 akibat efek 2014. Lalu sekarang 2016 saya melenggang tenang.
Saya tahu di tahun 2016 ini saya akan banyak belajar dari daerah lain yang ingin saya kunjungi. Saya perlu melangkah keluar untuk melihat baru dan memperbaharui ke dalam *nyuk opo seh*. Saya sendiri membayangkan perjalanan ke 5 tempat baru dengan tema yang berbeda dari 2015. Sebenarnya 2015 yang lalu saya dan partner mencanangkan gerakan liburan lima lokasi tapi untuk saya sendiri cuma terpenuhi empat. Saya berpikir jika tidak bisa dilakukan bersama, sendiri juga bisa dengan budget yang cukup masuk akal tanpa mengganggu arus keuangan rumah tangga (pada dasarnya ga usah disuruh hemat, jg gw hemat sik.. jadi kalau ada instruksi ‘presiden’ utk hemat.. udel iki lo cuk.. udel). Tema berbeda dari perjalanan ini adalah bagaimana-roda-ekonomi-berputar. Berasa kaya anggota DPR yang melakukan kunjungan kerja ke daerah sih cuma saya ingin melihat apa adanya mereka. Bagaimana mereka membuat sesuatu yang menghasilkan dan berdaya dari hasil tersebut.
Mengapa trip soal ekonomi berdaya? Ini bagian dari visi dari partner saya untuk memberi makan 2 juta orang di Indonesia. Saya ingin melihat bagaimana orang-orang di desa sebenarnya mencoba kreatif dan bertahan hidup. Melihat ke luar negeri tentu saja baik (itu sebabnya partner ada rencana ke Jepang) tapi tak lupa melihat apa yang terjadi di akar rumput to?
Nah perjalanan pertama rencananya adalah di awal Januari ini kolaborasi dengan ibu (halahhh intinya sik dia mobilnya, gw bensinnya gicu). Kami berencana untuk meluncur ke Kampung Coklat Blitar lalu ke pengrajin ban bekas Kasin-Malang. Februari tarik napas. Maret ke Pulau Tunda, Harapan, atau Pahawang? Belum mikir sik. Yang jelas saya ke sana bukan mau melihat pulaunya saja tapi bagaimana orang mempeoleh penghidupan dari para wisatawan di sana. Saya percaya ekonomi sebuah masyarakat tidak harus melulu berjalan dari wisata alam atau kuliner saja (yang membuat blogger di dua kubu ini menjamur begitu pesat) tapi bisa dari kerajinan tangan ataupun ide kreatif lainnya.
Sudah begitu saja target 2016. Ealahhhhh. Hahaha. Selain melancarkan tangan untuk berdandan paripurna dan memberikan inovasi baru untuk usaha katering rumahan yang sedang saya rintis *caelah*. Terakhir dengan getir.. menuju tubuh yang ideal. Susah banget akhir-akhir ini bergerak Jendral! Ihik ihik.
Satu pemikiran pada “15|16 Mencoba Melangkah”