Setiap kali ada kesempatan menghadiri pameran keindahan (lukisan, patung atau pakaian), saya selalu berusaha menghadiri di sela-sela keserabutan jadwal hidup. Ada semacam kenikmatan tersendiri untuk sekedar melamun dan berkhayal di setiap goresan/karya yang dihasilkan. Tentu selera saya kelas awam rakyat jelata yang hanya bisa menikmati karya yang mudah dipahami mata sehingga tidak semua aliran seni bisa saya apresiasi
Melalui pameran Ibu Pertiwi ini saya bersyukur bisa melihat koleksi istana. Sebuah kesempatan langka yang jarang terulang dua kali. Kebetulan saya menyukai sesuatu dari masa lalu jadi melalui lukisan-lukisan ini saya bisa membayangkan seperti apa Indonesia dulu sebelum ketergesa-gesaan pembangunan datang menyerang. Basuki Abdullah, Henk Ngantung, Tino Sidin dan pelukis Belanda bisa dilihat di pameran ini.
Ketika saya menghadiri pameran ini, cukup ramai pengunjung usia sekolah yang datang, entah apakah keterpaksaan karena tugas sekolah atau karena memang karena kepedulian. Saya tidak tahu soal itu. Yang jelas saya terlambat tahu bahwa penjelasan tiap lukisan dapat dipindai dari kode bar yang disediakan di akhir pameran. Saya jadinya tidak cukup tahu cerita di balik tiap lukisan ini.