Saya tidak pernah punya idola grup band ataupun seniman karena saya dibesarkan seperti itu. Bahkan karena pemahaman agama yang ketat saya hanya berani mendengar lagu dunia (lagu non religi, red.) jika kebetulan diputar di televisi. Haram hukumnya membeli kaset. Itulah saya menjadi penikmat setia MTV apalagi dengan AMPUH (Ajang Musik Pribumi 10 ehehehe tanpa ada yang perlu tersinggung dengan kata-kata pribumi tentunya)
Baru setelah saya hidup sendiri di Jakarta (kemudian di Depok sampai sekarang) saya tidak terindoktrinasi. Namun karena saya sudah terlatih untuk tidak memilih idola maka sulit saya menjawab band favorit. Saya hanya punya lagu favorit. Selepas saya hidup sendiri saya pun beberapa kali dengan penuh niat mendatangi konser dan membeli CD. Nah entah bagaimana kolom pencarian di Instagram Rumah Steril menampilkan konser AnNAIFersary yang ke-22. Toh harga tiket masuk akal, ya sudah beli saja. Saya sengaja mengajak R sebagai kritikus amatir dalam urusan musik dan perlengkapan manggung. Alasan kedua sih supaya mengiris-iris perasaannya karena sebenarnya dia menginginkan kehidupan panggung (baca: bisa hidup dari manggung) muahahahaa.
Mengapa saya memilih NAIF? Sederhana sebenarnya. Kan sudah banyak albumnya, sudah 22 tahun bersama, sudah terujilah kekompakan mereka, stok lagu juga sudah banyak. Saya saja belum tentu sanggup bersama orang yang sama selama 22 tahun dan tumbuh bersama. SERIUS. Saya bukanlah orang yang optimis, berdiri dengan tegar ketika itu membicarakan soal berjalan bersama selama 20 tahun. Butuh tenaga dan mengatur harapan untuk terus konsisten tumbuh bersama. David NAIF menjawab pertanyaan Rian DMassive apa resepnya bisa bertahan selama 22 tahun, David menjawab karena buat mereka ini soal bermain. Kalau saya bisa menambahkan bermain dengan jujur dan tanpa ingin meliciki satu sama lain tentu saja. Main congklak saja kita bisa mengakali dengan menahan 1 biji di lipatan tangan supaya kita menang banyak kan?

Saya sebenarnya paling tidak suka dengan tata suara panggung yang mendadak melengking apalagi suara vokalis yang goyang selama pertunjukan. Entah mengapa saya cukup percaya diri NAIF tidak akan melakukan hal tersebut. Jadi 2 tiket dibayar dengan GoTix (ciye Vivi marah-marah soal Gojek tapi toh beli tiketnya di GoTix juga). Pertunjukan lumayan mundur dari jadwal cuma balik lagi saya terlatih menunggu tanpa merasa jenuh jadi tidak terlalu mengganggu sendi-sendi hati ini. Posisi duduk saya nempel banget dengan bangku penonton vynil jadi lumayan bagus untuk menikmati konser.
Dibuka dengan seluruh lagu dari album ketujuh, 7 Bidadari, saya langsung suka semua lagu. Ringan. Nyaman dinyanyikan berulang-ulang sepanjang motoran hahaa. Oh iya ada beberapa lagu juga diiringi oleh beberapa musik gesek yang membuat lagu tersebut menjadi lebih istimewa. Lagu favorit? Apa yang Membuat Dirimu untuk Terus di Sini. Hahaha. Lucu aja. Dengerin deh. Bagaimana mengungkapkan kemuakan kita ingin mengusir orang tersebut dari kehidupan kita diiringi gendang dan seruling.

Tata cahayanya indah. Penonton pun sungguh-sungguh penikmat NAIF. Sampai selesai konser, penonton pun cukup bersabar untuk mengantri tanda tangan. Semoga NAIF terus menginspirasi musisi lain untuk terus membuat karya. Semoga ultah perak bisa dilaksanakan dengan meriah dan semoga mereka terus sehat. Oh ya NAIF berhasil memenuhi harapan saya. Tidak ada bunyi nguing di tengah konser dan vokal tetap bagus sampai akhir acara. Huhuhu
Ga tahu malu bolak balik antri karena fotonya kurang bagus.

3 pemikiran pada “Pertama Kali : Mendengar dengan NAIF”