Saya masih ingat 6-7 tahun yang lalu berdiskusi dengan teman hidup soal Putri dan Satria. Biasalah kebingungan saya mengingat mereka beda agama. Dulu saya masih teguh beriman kepada 1 agama sampai banyak hal yang R (secara tidak langsung) ajarkan kepada saya.
R ketika itu bilang:
Ya mungkin buat Putri ga masalah diimami walau beda iman. Jangan pakai standarlu ke orang lain.
Saya mengangguk (dalam hati; karena penting untuk saya terlihat ga setuju setuju amat sebagai partner hidup yang menyebalkan). Sejak itu saya merasa damai sejahtera Putri dan Satria menjalani hidup berdua sampai tua.
Waktu berjalan sampai akhirnya setelah 520 malam minggu dilewati, mereka nikah juga. Tentu dalam sebuah perkawinan selalu harus ada pihak yang melakukan penyesuaian untuk sebuah perkawinan yang ideal.
Dalam hal ini, mama Putri lah yang akhirnya iklas Putri nikah beda agama dan persiapan pun dilaksanakan bagai pengumuman kemerdekaan RI: dalam tempo sesingkat-singkatnya. Itu lah secara pribadi saya sampaikan kepada beliau ketika pemberkatan selesai bahwa saya berterima kasih dari lubuk yang terdalam telah mengijinkan Putri menikah lintas adat lintas agama.
Apakah persiapan adat mudah? Ya tentu saja penuh aral lintang ke utara dan timur tapi toh Putri dan Satria bisa melaluinya.
Setelah peneguhan di hari Sabtu dan ijab kabul di hari Minggu, Putri dan Satria melanjutkan pencatatan nikah mereka di Hongkong. Proses pencatatan perkawinan mereka dilakukan di Hongkong karena saat ini Singapura sudah menjadi bertele-tele nyaris mustahil untuk mencatatkan perkawinan beda agama. Bukan pemerintah Singapuranya sih tapi KBRI nya.
Sebenarnya yang paling menarik tentu saja bagian pemberkatan dan akadnya yang dipimpin oleh Pak Ahmad Nurcholis. Namun tidak saya tayangkan di sini sesuai permintaan Putri.
Mungkin bisalah ditayangkan 10 tahun lagi setelah Indonesia cukup dewasa bahwa perbedaan tidak menutup kemungkinan untuk dipersatukan. Sementara itu simak saja video berikut ini: