35

Saya sebenarnya tidak terlalu merayakan ulang tahun semata-mata karena sebuah alasan sederhana: di tanggal ini hari seringan hujan lebat nyaris membuat saya tidak bisa kemana-mana. Senang juga sih karena memang hari favorit saya adalah ketika hujan turun, sunyi dan sendiri.

Akhirnya saya di usia yang dijadikan titik tolak orang kebanyakan untuk jadi acuan masa kadaluarsa. Apa yang kadaluarsa? Tentu saja urusan reproduksi 🙂 Dari dua tahun yang lalu doa harapan yang dipanjatkan orang lain kepada saya cuma seputar semoga segera punya anak. Tentu sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan ke mereka. Namun kata-kata tersebut tidak terucap.

usia 35 ingin saya jadikan tahun terakhir dari babak pertama. 0-35 tahun adalah babak pertama dalam hidup dengan segala sisi kelabunya. 36-70 tahun jika Tuhan ijinkan adalah babak kedua sekaligus babak terakhir dalam hidup saya.

Tidak ada jaminan bahwa saya akan lebih riang di babak kedua ini tapi saya terlalu yakin bahwa saya bisa lebih mengatur harapan dan merefleksikan emosi saya sendiri.

Nah karena tidak ada pencapaian dalam bidang harta dan tahta di usia pertama babak kedua maka di awal usia baru ini :

  • Saya menyadari bahwa diri saya memiliki toleransi rendah dengan orang yang level kekhawatirannya tinggi,
  • Saya pun sudah mulai jujur bahwa nyaris 90% pernyataan saya ‘mau tidur dulu‘ adalah sebuah kebohongan. Apa yang sebenarnya saya lakukan pasti orang dewasa pada umumnya tahu. Perkara memahami dan berempati sepertinya nanti dulu 🙂

Akhir kata saya bersyukur bahwa saya memiliki kesehatan yang kalaupun sakit, masih bisa diatasi dengan Ponstan atau Tolak Angin. Saya bersyukur punya kawan bergelut yang selalu riang penyeimbang jiwa yang murung. Saya berterima kasih memiliki tim kerja di Mini Pet Shop Sahabat dan Rumah Steril yang masih bisa tertawa di tumpukan tugas tiada henti. Saya sujud syukur kepada Tuhan yang entah bagaimana telah menyediakan uang untuk bayar kontrakan dan sekedar liburan. Uwuwuwu.

NB: Kawan Bergelut adalah judul karya sastra yang ditulis oleh Soeman HS. Cerita ringan persahabatan yang ditulis dengan latar lokasi mirip dengan asal penulis: Riau.

Saya pertama kali membacanya ketika SD kelas 5 karena untuk alm bapak komik itu tiada guna, kesusasteraan Indonesia itu tiada duanya.

Satu pemikiran pada “35

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s