Piknik2022: Saya Tenang Kamu Senang

Tulisan di bawah ini adalah persiapan materi pelatihan untuk Piknik2022 yang mana ini adalah sebuah kegiatan tahunan lapak usaha saya bersama tim. Sengaja saya buka untuk publik, agar tim saya bisa membaca ulang kapan saja. Jika anda justru tertarik menggunakan materi ini untuk anda jadikan pelatihan perusahaan, silakan ijin kepada saya atau jika anda bingung siapa yang jadi pelatih, silakan hubungi saya via Linkedin atau Twitter.

Halo tim. Usaha yang saat ini kita perjuangkan bersama sudah bagus di *beeepp* (sengaja dirahasikan) tapi perlu ditingkatkan dalam hal *buuuuppp* (lagi-lagi dirahasiakan). Saya percaya ini bisa dicari jalan keluarnya bersama. Tentu penanggung jawabnya adalah saya untuk memikirkan cara meningkatkan *buuupp*. Pada kenyataannya selain perlu bersemedi untuk strategi marketing, saya juga perlu meluangkan waktu order barang kosong, jadi kasir untuk transfer-transfer, dan juga mendengarkan curhatan tim. Akhirnya biasanya hal yang saya sering telantarkan adalah memikirkan konsep marketing. Mengapa saya lebih senang menyediakan waktu untuk mendengarkan curhatan karena buat saya, lebih menyenangkan untuk saya dengar jika kalian mengundurkan diri karena mendapatkan tawaran gaji yang lebih menarik daripada karena tim merasa tidak didengarkan oleh saya. Orang masuk karena tawaran gaji, tapi orang keluar (kebanyakan) karena pemimpin.

Namun balik ke penjelasan di atas, bahwa ada bupp yang perlu dikejar, saya membutuhkan bantuan dari tim untuk memikirkan bersama standar komunikasi yang diterapkan di lingkungan kerja kita. Apakah harapan saya setelah pelatihan ini tidak ada lagi curhat ke saya? Bukan. Sekali lagi saya selalu senang mendengarkan curhat karena buat saya, kebaikan itu diteruskan, hanya dengan saya bersedia mendengarkan, anda semua di sini juga jadi mendengarkan pelanggan. Pelatihan ini membantu semua yang ada di sini untuk berdaya dalam 2 hal:

  • mampu berkomunikasi untuk membela diri sendiri tanpa malah menjadi menjatuhkan orang lain dan
  • tetap menjadi tenang dan sopan sekalipun posisi di atas angin. Maksudnya? Akan saya jelaskan lebih dalam nanti

Mengapa Saya?

Mengapa saya yang menyampaikan materi pelatihan komunikasi ini? Apa karena kita tidak bisa membayar pelatih kawakan? Koq pelatihnya dari kalangan sendiri? Ini semata-mata karena materi yang sudah saya kuasai sejak 2005. Saya sudah mengajarkan ini di Universitas Indonesia, BRI Life, Pabrik Sepeda Polygon dan membantu materi ini diajarkan di Warung Pintar. Materi ini memang sudah pernah didengarkan oleh beberapa dari anggota tim, tapi setiap kali melatih orang saya selalu memperbaiki materi jadi dari masa ke masa materi makin bagus. Saya sendiri tidak tahu dengan keterbatasan waktu apakah kita bisa cukup berlatih tapi yang jelas, jika setelah pelatihan ini belum membuahkan hasil maka materi yang sama dengan cara penyampaian yang berbeda akan kalian hadapi di Piknik2023 atau Piknik2024. Mengapa? Percuma ngomongin pertumbuhan kudu begini begitu kalau kita sendiri belum bisa menciptakan iklim bekerja yang sehat sehingga semua tenang. Iya tenang. Bukan senang. Dalam 24 jam hidup, manusia tidak butuh senang terus menerus. Badan jadi lelah jika terus dalam kondisi senang. Untuk menyetir, melakukan rutinitas sehari-hari, emosi yang ada di manusia rata-rata dalam kondisi tenang. Bukan gembira. Bukan juga berduka, bukan juga dalam kondisi marah. Tiga kondisi emosi yang terlalu ekstrim ini justru sering membuat pekerjaan sepele itu berantakan. Dijamin.

Jadi TUJUAN kita duduk di sini untuk menguasai kemampuan berkomunikasi asertif dan empatik yang mana wajar jika semua yang ada di sini butuh latihan terus menerus bahkan yang pernah ikut pelatihan singkat ini di tahun 2020 masih stagnan di posisi masing-masing, yang cenderung permisif dan selalu berusaha menyenangkan orang lain masih seperti itu sampai sekarang, yang cenderung pasif agresif sudah jauh lebih baik daripada 2020 karena orang tersebut akhirnya rutin konseling ke psikiater. Kita sebut saja orang itu adalah.. saya sendiri. Bagaimana SITUASI 2022?

  • Ada yang tidak punya masalah menyampaikan apa yang ia rasakan saat itu juga, tapi membuat orang lain menjadi tidak nyaman dengan kata-kata/ intonasi yang digunakan
  • Ada yang tidak bisa menyampaikan apa yang ia rasakan, sekalinya menyampaikan karena sudah dia tidak bisa tahan lagi, dia dengan sukses membuat orang lain kaget atau malah jadi tersinggung
  • Ada yang ingin tercipta situasi damai aman terkendali tapi punya ganjalan kepada A terlalu grogi untuk menyampaikan kepada A malah curhat ke B berharap B menyampaikan kepada A. Atau malah A curhat ke BCD tanpa X pernah tahu bahwa dia telah menjadi ganjalan untuk ABCD
  • Ada yang yang ingin situasi damai, terlalu takut cerita kepada siapapun lalu berpikiran untuk ‘apa aku perlu keluar kerjaan saja?’

Apa KONSEKUENSI dari Ke-4 situasi itu? Jelas itu buat saya bukan sebuah lingkungan kerja yang tenang. Karena cuma masalah waktu ada ledakan-ledakan yang tidak diduga bagai sedang penuh di dalam lift lalu ada yang kentut tanpa bunyi tapi baunya bisa bikin nyamuk pingsan. Saya adalah nyamuknya. Kalian adalah orang-orang yang di dalam lift sibuk lihat-lihatan satu sama lain siapa yang kentut diam-diam.

Jadi TEMA pelatihan ini adalah komunikasi asertif dan empatik untuk lingkungan kerja yang tenang.

Tapi Kan Memang ini Bawaan Saya Begini?

Ya karakter manusia dipetakan saat ini secara Psikologi yang ilmiah dipetakan menjadi 5 besar kepribadian yaitu O-C-E-A-N bukan MBTI karena MBTI sudah resmi ditolak di Psikologi ilmiah. Saya ingat ada 1 karyawan Sahabat Pet yang melalui tes ini dan sesuai gambaran hasil tesnya, orang tersebut sudah tidak di Sahabat Pet. Namun sayangnya kemampuan berkomunikasi tidak ada urusannya dengan karakter kalian. Ambil contoh variabel E yang sering jadi sumber salah kaprah orang awam, hanya karena anda (merasa) BUKAN ekstrovert, bukan berarti anda tidak bisa mengungkapkan apa yang anda rasakan. Pisahkan antara karakter introvert dengan tidak-mau-mencoba-asertif.

Bagaimana Saya Bisa Asertif Kalau Saya Cenderung Memendam/ Meledak Seketika/ Ingin Disukai Orang?

Di dunia ini, manusia masih menggunakan strategi primitif yang diwariskan oleh nenek moyangnya yaitu : lari (permisif) atau lawan (agresif). Bedanya karena di zaman modern melawan orang tidak bisa asal dorong/ asal tinju karena sudah ada hukum pidana, manusia cukup adaptif dengan membuka jalur agresif khusus bernama pasif agresif. Terlihat diam manis padahal terus menerus melawan. Contohnya menunjukkan kemarahan/ ketidaksukaan dengan diam berhari-hari, banting pintu, menjawab ketus dan lain lain. Jadi wajar orang tua pada umumnya hanya membentuk anak menjadi permisif (nurut/mengalah tanpa syarat) atau agresif/ pasif agresif (lawan). Perhatikan saya pakai kata-kata membentuk bukan mengajarkan. Itu artinya proses lari atau lawan tersebut dipelajari tanpa sadar. Sudah otomatis saja. Saya-dulu-dibegitukan maka saya-sekarang-membeginikan. Orang tua yang dibesarkan untuk selalu ngalah mungkin ingin anaknya jadi tangguh sehingga membesarkan anaknya untuk lawan. Sayangnya dua kutub yang berlebihan selalu ada yang dirugikan. Saya gambarkan di bawah ini

Permisif

  • Tidak bisa jujur dengan apa yang dia rasakan
  • Mengecilkan harga dirinya terus menerus
  • Orang lain harus kuutamakan
  • Menahan ekspresi emosi
  • Tidak punya batas yang jelas
  • Butuh penerimaan

Mengingat saya pernah permisif,

Agresif

  • Jujur dengan apa yang dia rasakan
  • Mengecilkan harga diri orang lain
  • Aku yang kuutamakan
  • Mengekspresikan emosi dengan menuduh
  • Sering menerjang batas orang
  • Butuh kekuasaan

Asertif

  • Jujur dengan apa yang dia rasakan
  • Mempertahankan harga dirinya
  • Aku dan orang lain yang kuutamakan
  • Mengekspresikan emosi dengan kalimat-saya
  • Batas yang jelas
  • Butuh kemandirian

Saya punya contoh nyata dari kita sendiri di sini. Mari kita coba berlatih:

Contoh berikutnya silakan berlatih menanggapinya secara agresif, pasif agresif, permisif lalu asertif. Panduan kalimat-saya untuk berkomunikasi asertif bisa dilihat sudah disiapkan.

X : Kog gitu aja ga bisa sih?

Y : Ya tapi kan itu bukan tanggung jawab gue!

O : Jika tidak merepotkan bolehkah permintaan saya didahulukan?

Z : Ayo cepetan. Ayo cepettaaan

V : Makanya… Kan udah gue bilang…

B : Wah lupa kelewatan lagi

Pilihan kalimat-saya untuk membantu anda berlatif asertif adalah:

  • Saya tidak nyaman atas kejadian barusan/ beberapa waktu yang lalu. Apakah kita bisa membicarakannya sehingga kita menemukan solusi yang sama-sama enak?
  • Saya rasa kamu tidak bermaksud membuat saya tersinggung, tapi waktu kamu bilang “…..” Kepada saya itu ternyata masih tidak nyaman di hati saya
  • Saya merasa …. (Isi dengan keadaan waktu itu. Dipermalukan? Kecewa? Sedih?) Bisakah lebih empatik untuk berikutnya?
  • Saya merasa tidak didengarkan waktu kamu respon seperti itu

Bagaimana Cara Berempati?

Ketika seseorang sudah cukup berusaha untuk berkomunikasi asertif kepada kita, maka kita perlu belajar menanggapinya secara empatik. Melepaskan senjata kalimat seperti, ‘ah elu mah gitu aja baper!‘ atau ‘gue kan cuma bercanda‘ adalah sebuah tanggapan yang terlihat wajar padahal ada komunikasi agresif di situ. Koq gitu? Coba lihat lagi ciri orang dengan kecenderungan agresif dalam berkomunikasi.

Ada juga ketika seseorang yang sehari-harinya permisif lalu mencoba asertif, maka reaksi orang lain bukannya menunjukkan sikap empatik, tapi malah mbaik-mbaikin. Mengapa saya tidak setuju dengan bersikap mbaik-mbaikin? Mbaik-mbaikin sebenarnya adalah bentuk kegengsian kita. Padahal di dalam bersikap empatik salah satu poinnya adalah dengan ksatria meminta maaf jika ada ucapan yang salah tanpa menunggu Lebaran.

Intinya 3 hal dalam berempati:

  • Mendengarkan secara aktif. Artinya apa? Benar-benar mendengarkan dan coba memahami. Bukan mendengarkan tapi di kepala sibuk memikirkan balasan/ tanggapan mendang mending
  • Tahan sikap menghakimimu untuk diri sendiri. Tidak perlu menjadi polisi moral atas semua tindakan manusia
  • Tunjukkan sikap tubuh yang peduli.
  • Selalu siap meminta maaf dengan ksatria alias minta maaf tanpa membungkusnya dengan beragam alasan dari PMS, berantem dengan keluarga atau sedang tertimpa musibah: Maaf ya, ternyata ucapan/ tindakan/ becandaan saya membuat kamu merasa …. Atau ‘maaf saya keceplosan tanpa pakai mikir‘ atau level premium ‘saya minta maaf dan tolong beritahu saya untuk ke depannya harus bagaimana?

Sekarang mari kita coba memberi tanggapan atas kalimat asertif yang sudah dicoba latihkan dari 6 contoh kasus di atas. Latihan hari ini mungkin akan lupa besok atau lusa. Maka beberapa petunjuk akan dicetak dan ditempel sehingga dibaca sewaktu-waktu.

Call to action:

Ini cuma contoh

Oh iya tolong dua kemampuan komunikasi ini tidak dipakai jika anda dalam kondisi mengalami kekerasan fisik atau pelecehan oleh sesama rekan kerja. Segala hal yang menyangkut pelanggaran hukum, sudah harus segera potong kompas ke pimpinan tertinggi sehingga kita tahu bagaimana menyelesaikannya kepada pihak berwajib. Ini perlu saya tekankan di awal agar kaum permisif tidak menggunakan alasan demi terciptanya lingkungan kerja yang tenang, malah menciptakan masalah hukum berlarut.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s