Siap Sedih, Ga Bisa Nangis

Untuk orang wajar nangis ketika dalam duka. Untuk saya sulit. Belajar menangis karena sedih baru saya lakukan di pertengahan kepala tiga setelah teman saya pernah bilang : menangis itu membantu menjernihkan pikiran.

Selebihnya hidup saya menangis karena frustasi, karena marah, karena malu. Seingat saya, saya sanggup nangis sejadi-jadinya waktu divonis ada tumor jinak di rahim. Itu pun saya beraninya ketika sendirian di rumah sakit. Selebihnya ketika sedih ibu saya sakit lalu meninggal, ketika ada yang merundung saya, ketika saya merasa tidak diminati partner, saya cuma bisa menangis lirih. Dosis airmata kalau diukur dapat lah 0.5 cc. Gak lebih.

Saya sangat bisa sedih koq. Awal 2023 seperti awal tahun pada umumnya selalu dimulai dengan kejutan yang tidak menyenangkan. Ini sih semacam sudah saya hapal ya setiap kali masuk awal tahun saya selalu bergumam : hmm, kondisi jelek apa yang akan saya terima tahun ini hmm? Jadi ketika masuk 2023 saya ditinggal keluarga, ditinggal pegawai, dan ditinggal kolega, saya sudah siap sedih.

Namun tetap saya tidak bisa menangis sekalipun mungkin menangis bisa melepaskan beban. Saya cuma masuk kamar, meringkuk, dan tertidur. Setidaknya saya melihat kesedihan saya tidak terlalu lama berlarut. Sekadar perbandingan, jika ini terjadi sebelum saya berobat di poli jiwa, maka dipastikan saya akan mengasihani diri sendiri selama semingguan non stop. Sekarang? Cuma satu dua hari. Itu pun tidak pakai berkepanjangan kesal kepada pihak yang buat saya sedih. Kalau dulu, dari sedih saya bisa berubah jadi benci kepada orang tersebut dan langsung menolak berkomunikasi apapun. Sekarang saya masih membalas WA sebijak yang saya bisa.

Saya tidak tahu apakah regulasi emosi kesedihan saya sudah cukup layak untuk pemulihan mental saya? Saya juga tidak tahu apakah nangis mengharu biru justru yang baik untuk kesehatan mental. Satu hal yang saya tahu, saya jauh lebih nyaman dengan diri saya saat ini ketika sedih, dibanding dulu ketika saya menghadapi sedih. Apa kunci suksesnya? Saya tidak tahu. Mungkin kombinasi berobat ke poli jiwa, rutin berserah kepada Tuhan tiap pagi, dan minum kopi setiap hari. Mungkin juga bukan karena itu semua.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s