Saya memutuskan mengambil tes IVA sebelum saya mengambil keputusan besar lainnya dalam hidup: punya anak. Sebelum ada yang deg deg pyar mengapa pengambil keputusan terkesan hanya saya bukan keputusan bersama, izinkan saya jelaskan dulu. Dulu saya memang ingin sekali punya anak agar membuat diri saya terlihat sukses sebagai perempuan. Lalu di masa-masa pemulihan jiwa, saya menyadari saya bisa membuat definisi sukses sendiri (ada koq saya tulis di sini): tidak terikat dengan harapan masyarakat ataupun tuntutan ayat. Sehingga di satu titik saya merasa ada gak ada anak tidak merampas penilaian saya atas diri saya sendiri. Namun pernikahan itu kan berdua, saya perlu mengakomodir keinginan partner hidup BUKAN PASRAH SAJA MAU GIMANA tapi turut berperan aktif untuk menentukan maunya saya bagaimana. Pernah di satu masa, saya mengakomodir keinginan partner tapi saya tidak membicarakan keinginan saya, berakhir saya masih ungkit-ungkit dari perkara dokumentasi yang ga bisa jalan sampai baju undangan. Padahal dia juga yang babak belur bayar cicilan.
Jadi ini adalah cara saya mengakomodir kebutuhan untuk memiliki anak entah jalur adopsi atau jalur bayi tabung: TEST IVA. Mengapa saya perlu melakukan tes dini kanker leher rahim? Sederhana. Kalau memang ada gejala, apa gak sebaiknya saya persiapan pengobatan sampai kematian daripada persiapan memiliki keturunan? Dari tes IVA ini sebenarnya sungguh bagus sekali kalau saya vaksin. Kanker ini satu-satunya kanker yang ada vaksin. Unik kan? Karena kanker ini pemicunya virus. Jadi kalau bisa dicegah kan lebih mudah. Sayangnya vaksinnya luar biasa mahal. Dah lah alon-alon asal kelakon. Uang buat vaksin pasti ada. Amin. Eh tapi kan ada vaksin gratis? IYA BUAT ANAK-ANAK usia sekolah BUND sebagai generasi penerus bangsa. Kitaaa tuh gak diajakkk. Sekarang bahas tes IVA dulu
Di Mana Tes IVA
Tes IVA ini prinsipnya seperti pap smear tapi lebih murah. Leher rahim diamati dokter sekaligus diberi siraman asam cuka encer untuk diuji. Cara mengamatinya persis seperti pelaksanaan HSG. Kalau HSG cocor bebek besi masuk vagina, kalau tes IVA cocor bebek plastik yang masuk. Kalau hasilnya ga bagus ya pasti diminta pap smear lanjut pengobatan. Namun kalau hasilnya bagus, ya mbok mulai sadar vaksin kalau ada dana daripada cocor bebek masuk lagi ke vagina untuk kembali tes IVA tahun depannya. Tes IVA bisa dilaksanakan di Puskesmas Jakarta jika anda ber-KTP DKI.
Saya ke Puskesmas Jagakarsa karena menurut teman saya yang bekerja di situ stok tes Iva nya ada dan pelaksanaan tiap Rabu Kamis. Kalau Puskesmas lain di Jakarta, coba unduh JakSehat biar gak kerepotan cari tahu.

Persiapan Tes IVA
Tes IVA hanya bisa dilakukan jika tidak sedang menstruasi & tidak melakukan hubungan seks selama tiga hari. Hampir mirip seperti HSG kan. Cuma kalau HSG lebih presisi tanggal pelaksanaannya. Lalu karena saya tidak memakai fasilitas BPJS untuk tes ini, di Puskesmas saya perlu membayar pendaftaran Rp.10.000 dan tes Rp.30.000. Tak lupa melampirkan 2 lembar fotokopi KTP.

Hasilnya saya terima hari itu juga di secarik kertas. Saya bisa kontrol tes Iva lagi tahun depan. Sesuai bacaan di atas saya pun juga mengikuti deteksi dini kanker payudara. Jadi secara umum baik. Tinggal melanjutkan hidup entah itu menjajaki adopsi, bayi tabung atau melanjutkan perkawinan tanpa anak toh selama ini sebenarnya kami baik-baik saja.
Eh beneran ini bukan pencitraan. Baca deh soal indikator sukses bikinan saya sendiri. Melihat perkawinan saya adem ayem, semua perdebatan bisa diselesaikan dengan kepala dingin dan memberi waktu untuk menenangkan satu sama lain, saya ada kekhawatiran apakah kalau nambah keluarga, semua kedamaian ini akan jadi kenangan kacau berantakan. Namun balik lagi, hanya karena saya yang gampang pesimis, bukan berarti saya mematikan semangat pasangan yang mudah optimis. Jadi memberi waktu sampai 2027 untuk mencoba memiliki anak adalah keputusan bijak nan realistis ala Vivi duonggg? Ada anak syukur, ga ada anak tetap sukacita