Dengan mempelajari sejarah, maka kita bisa menyadari pengkhianatan adalah hal yang lazim dilakukan oleh manusia kepada sesamanya. Homo sapiens sekaligus Homo Homini Lupus. Mari kita ambil sejarah era abad 20 saja tidak perlu jauh ke era Kerajaan Yunani

Era 65

Kalau menyimak kisah Gadis Kretek maka bisa paham bahwa kejatuhan sebuah bisnis orang tidak melulu karena kemalasan tapi karena pengkhianatan. Gadis Kretek menggambarkan dengan baik bagaimana peristiwa 1965 bisa membuat orang dituduh hal-hal yang tidak ia lakukan oleh orang-orang yang justru ia kenal baik. Orde baru mempropaganda pengkhiatan di tahun 1965 dengan mengarahkan kebencian kepada sebuah partai yang sudah dilarang di Indonesia. Padahal pengkhianatan terbesar dilakukan oleh sebuah rezim pemerintah yang membuat banyak orang di masa tersebut menjadi terusir dari negara, dipenjara tanpa pengadilan, bahkan kehilangan kewarganegaraan.

Era 98

Otak peristiwa 65 sebenarnya masih ada sangkut pautnya dengan era 98. Polanya sama: menyudutkan sebuah kelompok sehingga terjadi konflik di tengah masyarakat kemudian berusaha diredam. Peristiwa 98 yang sangat membekas buat saya tapi mulai dikaburkan pelan-pelan oleh buku sejarah kurikulum Nasional, dituangkan dengan apik dalam novel Laut Bercerita.

Saat Ini

Saya sendiri awal 20 tahunan hidup tidak bisa menolerir pengkhianatan karena buat saya siapapun yang berkhianat artinya orang tersebut sedang berbohong/ bermuka dua kepada saya. Butuh waktu bertahun-tahun setelah kejadian-kejadian tersebut terjadi, saya bisa menyadari bahwa sebuah peristiwa pengkhianatan bisa ada karena manusia hanya mencari jalan selamatnya sendiri sehingga tanpa sadar menjadi srigala bagi manusia lain.

Padahal saya paling anti sekali dengan kebohongan mau itu alasannya untuk kebaikan. Namun saya perlu belajar bahwa orang mengambil tindakan seringkali tanpa memperhitungkan perasaan orang lain.

Cuma di usia menjelang 40 tahun saya akhirnya menyadari, selalu akan ada orang berkhianat kepada kita sebaik apapun kita kepadanya. Keputusannya berkhianat di luar kontrol kita. Kita pun selalu tidak bisa terhindarkan dari berkhianat.

Kita cuma bisa mengontrol perilaku kita. Seperti kata meemaw:

Kita bisa memilih mengkonfrotasi orang yang ternyata berkhianat atau memilih untuk melanjutkan hidup sambil berharap pelan-pelan sengat pengkhianatan menjadi tawar dan tak terasa perih lagi. Kurang lebih seperti ini:

Lalu apakah pernyataan di bawah ini benar adanya? Ah gak juga. Biasa aja.