4.0

4.0 ini istilah yang pertama kali saya dengar dua tahun yang lalu karena pelabelan industri. Dianggap sebagai sesuatu yang paling modern, kayanya cocok juga diterapkan ke usia saya yang baru. Sekalipun setelah membaca definisi industri 4.0 saya tetap garuk-garuk kepala gak seberapa paham, yang jelas di masa ini, X sedang ribut masalah A.I di karya seni: pembajakan tapi tidak bisa dihindarkan.

Sebelum Kepala 4 : Ada Kepala 2

Kalau di kepala 1 saya mulai dengan memastikan mama saya mengkadokan baju putih, celana putih, ikat pinggang sampai tas putih, maka di kepala 2 saya memulai dengan sedih bahwa ulang tahun sepi dan tak lama air mata bukan cuma karena alm bapak saya meninggal tapi tanggung jawab hidup yang seketika dibebankan kepada saya sementara saya banyak sekali keluguan dan keangkuhan. Sejak itu, saya berhenti merayakan ulang tahun. Tenanggggg, bukan karena kesedihan alm bapak tapi semata-mata karena setiap kali saya ultah, hujan (entah itu sekadar hujan biasa, hujan badai bahkan hujan sampai banjir di mana-mana) selalu terjadi. Mungkin karena cuaca favorit saya adalah hujan, jadilah Tuhan mengirimkan hujan setiap tahunnya. Lagian Tuhan tahu saya penyendiri dan enggan dirayakan. Jangankan ulang tahun, ke acara pernikahan saya sendiri, saya ogah-ogahan semata-mata karena ya karena ga mau jadi sorotan.

Sebelum Kepala 4: Kepala 3 yang Bikin Pecah Kepala

Kepala 3 saya awali dengan kemarahan tapi terlalu takut disampaikan, sehingga efek bergulung di kepala 2 dan kepala 3 ini menjadi pencetus gangguan jiwa yang selama ini saya tutup-tutupi. Selalu ingat:

Sejak kepala 3 sangking saya menyimpan kemarahan, kekesalan, kesedihan tapi tidak berani ngomong, saya menulis setiap kali saya ulang tahun (dekade sebelumnya saya cuma menulis di akhir tahun itupun tulisan di kepala 2 tidak layak dilestarikan karena jelek). Kumpulan tulisan refleksi di kepala 3 ada di sini. Usia 31 memang saya marah pol, jadi sudah lah tulisan itu gak perlu dilihat masyarakat umum. Saya kan perlu membangun pencitraan figur tenang, bijak, damai yang cuma mencak-mencak di dalam mobil bukan di blog.

Sekarang di kepala 4 saya memulai dengan jernih. Saya bisa pastikan kejernihan tersebut karena dua tahun terakhir ini saya jauh lebih bisa tenang, bisa hidup dalam damai sejahtera, dan bisa mengasihi diri saya sendiri tanpa syarat. Jadi masuk ke kepala 4 ini benar-benar dengan kalem.

Oh indikator lain soal kekaleman ini adalah perubahan reaksi saya terhadap pengkhianatan. Kalau di awal kepala 3 saya bisa meledak-ledak tidak terkendali jika menemukan kebohongan secui saja, maka masuk kepala 4 saya menerima kabar pengkhianatan cuma dengan, ‘oh baiklah‘. Mungkin kepala 4 ini secara spesifik saya ingin menyoroti bahwa ini adalah masa:

Dasawarsa Terakhir Membanding-bandingkan

Kepala 4 adalah dasawarsa terakhir saya bisa membanding-bandingkan diri dengan alm ibu saya. Sepanjang kepala 2 dan kepala 3 saya secara konsisten menilik album foto: hmm di usiaku ini, mamak punya X aku punya Y, oh di usiaku ini, mamak bisa BCD aku GHJ. Mengapa saya membanding – bandingkan? Karena berbeda dengan kisah hidupnya dengan mbah putri + mbah buyut yang 11 12 maka jalan yang saya pilih adalah 270 derajat berbeda dari yang diambil alm ibu saya.

Perbedaan kami di di foto ini cuma 3 tahun.

Tentu saya berandai-andai bahwa kehidupan saya bisa 11 12 karena jalan hidupnya mudah ditebak. Bayangkan dengan kehidupan saya saat ini yang memasuki 1 Januari 2024 saja dengan sedikit kelabu cuma karena penjualan toko merosot drastis.

Namun kebiasaan membanding-bandingkan tersebut akhirnya akan ada ujungnya. Kami pernah sedekat itu, sampai ketika kepala 5 beliau memilih jalan terpisah, kami pun saling tidak mengenali satu sama lain tanpa pernah memilih untuk saling konfrontasi satu sama lain sangking ingin menjaga perdamaiannya. Jadi nantinya di kepala 5 saya tidak punya referensi untuk membanding-bandingkan diri. Ada bagusnya, ada gamangnya. Saya tidak punya acuan apakah saya sudah menjalani hidup saya lebih optimal daripada alm ibu haha. Di dekade terakhir ini lah secara otak saya punya ingatan paling kuat tentang tindak tanduk beliau. Di masa ini saya akan merefleksikan 2 orang sekaligus:

  • Alm ibu yang menjalani sebagian besar kepala 4 nya sendirian lalu:
  • Saya akan berjumpa dengan kenangan akan diri saya yang berusia 20an sedang berusaha menjadi anggota keluarga yang setara dengan ibu saya yang berusia 40an.

Apakah sepanjang dekade ini saya akan lebih banyak mengasihani diri sendiri sambil bilang, ‘mamak itu beruntung setidaknya punya anak untuk diajak ngobrol? lah aku?‘ atau malah ‘stidaknya aku sudah tidak mengalami kutukan 3 generasi dan menggenapinya menjadi generasi ke-4‘.

Akhir kata saya perlu menunjukkan ini :

Kompilasi video ultah 4.0

Dan pemberian menteri keuangan saya haha. Orang yang sama 13 tahun yang lalu cuma bisa memberikan rangkaian bunga air mata pengantin ngeramban dari pagar kost, sekarang beli bunga bakung:

Tinggalkan komentar