
Tulisan dibawah ini adalah tulisan yang saya buat di Hari Kartini 2013 tentang tekad saya untuk mensteril kucing liar di Jakarta dan Depok. Setahun kemudian Tuhan menjawab saya, steril pertama diadakan di kios yang saya sewa. Pemikiran saya yang saat itu cuma sederhana : mengandalkan 1 keranjang lalu setiap akhir pekan ke Bakti Sosial dijawab Tuhan dengan lebih indah lagi : saya saat ini memiliki 6 kandang untuk kucing yang akan disteril, sudah ada www.sewapickup.com yang membantu antar jemput kucing dan setiap bulannya rata-rata ada 10 kucing betina yang disteril. Saya memang kehilangan Ucrit dan Buyung tahun ini, tapi di tahun ini juga Tuhan seperti memberikan kesempatan kedua dengan kehadiran Monday (ditemukan 25 Agustus 2014) yang dalam usia semingguan sudah saya urus. Bukan cuma itu saja, Tuhan mengirimkan orang-orang yang mendukung saya (salah satunya ya yang komentar di tulisan ini), kami bertujuh menguatkan satu sama lain ketika ada wabah virus ataupun harus menolong anjing jalanan.
.=.=.=.=.
Mengapa saya punya cita-cita untuk steril kucing jalanan ? Saya dulunya pembenci kucing. Saya selalu membuang kembali kucing yang dibuang di depan rumah saya. Saya menyiram kucing setiap kali ada yang birahi di kebun belakang rumah. Sampai satu ketika di tahun 2004 ada anak kost di rumah saya yang membawa kucing jalanan dan merawatnya. Namanya Suzie. Anak kost tersebut, Glenda, akhirnya kembali ke negaranya di Australia dan Suzie bersama kami. Saya mulai belajar mengasihi kucing. Mencari tahu soal bagaimana supaya kucing tidak hamil sampai memandikan kucing (Siapa bilang kucing takut air ? MeiMei adalah kucing saya yang senang mandi dengan air hangat dan main-main dengan keran).
Saat itu karena saya dan ibu masih pemula dalam hal mengurus kucing, maka Suzie sempat hamil sebelum disteril. Akhirnya semua bisa disteril dengan biaya murah (Rp.150.000 ketika itu) melalui informasi yang saya temukan di internet. Saya berjuang membawa kucing sampiai ke Kelapa Gading karena bakti sosial diadakan di sana. Jatuh pada hari Minggu pula sehingga saya menaruh kucing, mampir ke gereja, lalu kembali mengambil kucing.
Tahun berlalu, sampai tahun 2012 saya bertemu Upik1 di Fasilkom UI. Upik dibuang dalam usia yang masih kecil sekali (3 minggu). Karena saya dan partner saat itu belum paham penanganan bayi kucing, Upik mati. Kami tentu saja sangat sedih sekali karena kami berusaha semaksimal mungkin. Selanjutnya kami bertemu Upik2 dan Ucrit di Pasar Jatinegara. Ucrit dengan 1 mata rusak dan Upik yang tampak lemas, saya bawa dengan kantung kain pemberian pedagang kardus. Mereka cacingan, kutuan, dan kelaparan. Butuh waktu untuk bulu Upik tumbuh tebal karena akibat kurang gizi banyak sekali bulunya yang rontok. Selepas U2, saya menemukan Buyung di parkiran ITC Depok. Dia hanya terduduk dan tidak tertarik dengan makanan yang saya kasih. Saya punya dorongan kuat untuk membawa dia pulang. Sangat aneh ketika saya letakkan di dalam tas (lihat foto) dia tidak memberontak sama sekali. 1 hari setelah saya ambil kondisi Buyung berubah sangat memburuk. Ternyata dia terkena Feline Panleukonimia. Penyakit yang sangat mematikan untuk kucing dan menular untuk kucing lainnya. Di saat yang sama Buyung kutuan, cacingan dan kurang gizi.
Saya sudah lemas dan menyerah saat itu. Saya hanya bisa menangis tapi tidak partner saya. Dia terus mengimani Buyung harus sembuh. Buyung terima tubuh Yesus dan darah Yesus. Memang mungkin buat orang, koq perjamuan untuk binatang ? Tapi itu iman partner saya bahwa kalau manusia sembuh, pun juga Buyung. Buyung kami letakkan di ‘ruang isolasi’ yang mana adalah sebuah kamar dengan sinar matahari langsung yang ada di ruko kami. Panas memang, tapi logika sederhana kami, dengan sinar matahari pagi minimal Buyung hangat. Setiap 3 jam sekali Buyung disendoki minyak zaitun + kuning telur + madu. Luar biasa Buyung hidup. Yang membuat haru, dibalik pintu ada Ucrit yang selalu mengintip dan mencoba menjulurkan tangan. 5 hari berlalu, Buyung sudah semangat sekali ingin bermain dengan Ucrit. Buyung dengan eksekusi akan mati dalam waktu 24 jam, akhirnya melalui masa kritis dan sembuh total tanpa harus diisolasi selama 7 hari (kalau di klinik hewan harus 7 hr). Setelah Buyung, sempat ada Linus yang sekali lagi mati karena salah penanganan tepat di hari ulang tahun saya yang k-29 dan akhirnya kami mengadopsi MeiMei di hari yang sama.
4 kucing dari 3 lokasi yang berbeda. Saya sudah cukup sibuk mengurus mereka. Ucrit pernah jatuh dari atap ruko dengan ketinggian hampir 10 meter ke parit dan baru kami temukan 4 hari kemudian dalam keadaan kaki terkilir. MeiMei pernah BAB berdarah. Namun saya masih sangat sedih melihat kucing liar yang kurus dan luka-luka akibat bertengkar memperebutkan kucing betina. Belum lagi manusia-manusia yang ketakutan melihat kucing-kucing tersebut. Itu sebabnya sterilisasi sangat penting. Saya berdoa untuk kucing-kucing itu tapi saya merasa perlu juga melakukan sebuah tindakan nyata. Saya melihat apa yang saya miliki :
- kandang
- motor
- tali rafia
Saya pun berniat mengambil kucing-kucing jalanan tersebut, membawanya ke klinik dokter hewan, disteril, lalu mengembalikan mereka ke tempat semula. Saya lega sekali bertemu tim Jakarta Animal Aid Network yang hanya mengenakan retribusi Rp.50.000 untuk tiap kucing liar (tidak berpemilik). Sungguh saya semangat sekali. Kalau 50 ribu bisa lah saya sisihkan. Apalagi saya cukup datang ke Kemang. Masih cukup dekat dari Depok. Jadilah cita-cita saya yang sederhana bisa terlaksana. Saya membayangkan setiap Sabtu pagi saya mengantar kucing liar & menjemput kembali dengan motor. Target saya kucing liar jantan karena proses pemulihan sejak operasi hanya 24 jam dengan jahitan luar. Proses dikebiri sendiri hanya butuh waktu 30 menit. Memang akan lebih enak jika saya punya pick-up dan menyetir pick-up tersebut tiap Sabtu pagi. Jelas akan lebih banyak kucing yang saya bisa bawa. Namun saya tidak mau menyerah dengan kondisi yang ada. Saat ini saya sudah memiliki antrian yang cukup ramai. Minggu ini ada Buyung dan 1 kucing liar di Fasilkom. Minggu berikutnya ada kucing liar dari Taman Anyelir Depok (titipan teman saya), 2 minggu berikutnya ada kucing liar di warteg langganan saya. Yang menggembirakan adalah teman SD saya bersedia mengadopsi anak kucing jalanan dan mensterilnya.
Bagi yang membaca, bersediakah anda berdoa untuk saya agar target 1000 kucing itu tercapai ? saya tidak tahu kapan angka itu akan bisa saya tembus. Yang saya tahu, semua itu terjadi ketika saya mulai melangkah ๐
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=jCFV3bmZAog]
Leave a Reply