Krengsengan di Depot Mie Mbak Tun Kediri

Ketika saya pulang ke Pare awal Januari ini, ibu saya semangat sekali mempromosikan Mie Mbak Tun yang ada di Kediri. Sekedar pencerahan Pare-Kediri memakan waktu 40 menit. Ini seperti orang Depok mempromosikan Holycow di Jl. Alternatif Cibubur hahaha. Okelah lanjut. Tiba di Depot tahu-tahu sudah masuk antrian menunggu meja untuk makan. Jam sudah menunjukkan jam 19.30. Karena sudah lama menunggu, rasa lapar saya pelan-pelan menguap.

Ciri khas Depot Mie ini adalah bahan bakarnya yang menggunakan arang. Memang tidak Go-Green tapi semua tahu efek arang pada masakan memberikan wangi tersendiri. Mie yang digunakan adalah mi yang besar. Bukan favorit saya sebenarnya tapi rasa mienya tetap menarik. Mungkin karena efek gosong arang ya? Naah yang menggoda buat saya justru krengsengan. R menyebutnya ini seperti semur. Saya kurang setuju dengan R. Krengsengan ini seperti bumbu ayam goreng mentega dengan lebih banyak kecap. Isi krengsengan tetap ayam tapi bagian yang tidak dipikirkan untuk dimakan secara khusus : leher, telur ayam yang masih di perut, tulang-tulang yang masih ada sedikit daging, dan hati ampela. Memang fungsinya krengsengan ini untuk dimakan bersama nasi dan mie goreng. Ya bisa aja sih dengan nasi cuma kasian nasinya dimakan sama kuah atau hati aja hehe. Silakan yang lagi belajar di kampung Inggris Pare atau mampir ke Kediri mampir ke Mbak Tun dan tolong kasitahu saya apakah krengsengan lebih seperti semur atau ayam goreng mentega?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *