Selalu Bisa Kesepian dalam Pernikahan

Jadi jangan menikah untuk menepis kesepian karena heningnya justru berlipat-lipat. Sudah nih inti tulisan sudah saya tulis di kalimat pertama jadi tidak perlu repot-repot menelusuri ke bawah. Saya tidak tahu dengan Anda, tapi saya lihat ada orang-orang yang menikah enggan mengakui bahwa sebenarnya merasa kesepian dalam perkawinan mereka sendiri. Sebagian besar tentu saja merasa tidak kesepian. Tentu saja sedikiiit sekali orang yang merasa kesepian dalam pernikahan sehingga sebenarnya tulisan ini menyuarakan segelintir orang tersebut. Jadi wajar kalau Anda tak sengaja membaca tulisan ini jadi sulit untuk memahami karena Anda adalah seperti kebanyakan orang yang berbahagia, merasa damai sejahtera, dan bersyukur banget bisa memiliki status perkawinan. Ya kan? Sampai saat ini masih mau lanjut baca? Mengapa?

Di luar sana banyak orang lajang yang menghabiskan malamnya di perjalanan pulang kerja ataupun sendirian dalam ruang kost membayangkan andai saja statusnya menikah, maka ia tidak akan merasa sepi. Namun ada orang yang dalam pernikahan hampir setiap sore menghabiskan kopinya sendirian. Bertahun-tahun ia menyadari ada rasa kesepian yang terjadi.

Tentu dulu hal tersebut memantik dirinya untuk sedih berlarut merasa tidak berdaya guna, tidak tahu harus berbuat apa. Sekarang telah terbentuk antibodi. Ia sesekali merasakan kesepian menyeruak dalam hatinya seraya mengucapkan, ‘Tuhan, aku kesepian‘. Namun ia tidak pernah kehabisan akal untuk menghabiskan jam malam yang kritis memantik rasa sepinya.

Ia meluangkan waktu untuk menulis di blog ini tentunya, membaca, menemani hewan peliharaan, menata taman, dan tentu saja yang paling ia sering lakukan adalah berbicara dengan dirinya sendiri. Kadang ia menyelesaikan tugas rumah tangga entah itu mencuci baju atau menyapu. Namun ia tidak lagi menghilangkan kesepian dengan terus menerus menyelesaikan pekerjaan. Ia sudah pernah melakukan hal tersebut selama 8 tahun pertama wirausaha: berakhir makin tidak bahagia. 

Ia belajar mengatasi kesepian bukan dengan menciptakan masalah baru bernama kelelahan. Ia bersyukur bahwa masih ada yang menyapanya entah di dunia maya atau nyata. Ia antusias untuk menjawab percakapan via Whatsappan ketika ia sudah jenuh Twitteran.

Jadi, siapapun yang di luar sana sedang merasa kesepian hanya karena status lajangnya, tenang saja ada saya yang juga kadang merasakan hal yang sama cuma menang keren status perkawinan saja. Sapa saja saya untuk sekadar curhatan ringan. Kamu mungkin merasa ragu, tapi percayalah saya jadi banyak terbantu 😉 Lihatlah kegiatan saya untuk mengusik sepi di bawah ini. Semua kepingan tidak bisa tuntas diselesaikan. Cocoknya saya beri judul ala koran Lampu Merah : Penyerangan Kasir Alfamart oleh Mutan Kucing di Hutan Kota: Tokonya Berantakan

Merangkai keping

Akhir kata, merasa kesepian dalam perkawinan tidak sekonyong-konyong disebabkan oleh pasangan. Gak semua masalah dalam perkawinan itu salahnya anak mertua. Merasa kesepian dalam perkawinan itu manusiawi. Terima saja rasa kesepian itu, sapa ia baik-baik. Biarkan ia berlalu lalang. Menekan-nekan atau malah membuat keriaan supaya ia hilang hanya akan membuat rasa kesepian itu melawan balik dengan sepi yang lebih pekat.

Kesepian melatih kita untuk bisa jadi teman untuk diri sendiri. Ketika kesepian itu muncul, kita tidak terburu-buru mencari orang lain untuk menghapus sepi. Kita temani sampai pelan-pelan kesepian itu hanya menjadi sunyi yang tidak menakutkan ataupun mencekam lagi. Perkawinan tidak pernah diketahui sampai kapan tapi mengatasi kesepian cuma dengan mengandalkan diri sendiri perlu dipelajari sampai akhir hayat.

gaya fotonya sendirian, emang yg motoin siapa mbak? xixi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *