13 Tahun Wirausaha

Tahun 2024 salah 1 usaha yang gue rintis akan berusia 10 tahun, tapi sebelum ada Rumah Steril, gue melakoni beragam usaha yang banyakan hadeuhnya daripada hahanya. Gue sih selalu memastikan orang-orang yang gue kenal tidak memilih jalan wirausaha apalagi di usia pensiun. Gue juga gak mau menggambarkan wirausaha itu lebih superior daripada profesi lain termasuk profesi ibu rumah tangga. Pokoke kalau masih banyak pilihan dalam hidup untuk mendapatkan duit entah itu morotin duit anak mertua atau malakin uang bulanan dari gaji anak, hindarilah ngide wirausaha. Kalau tetap nekat njalanin dan baru sadar ini adalah jalan sunyi karena sedikit orang Indonesia yang berwirausaha, ya udah silakan curhat ke Pipih toh Pipih cuma sejauh WA.

Oh ya, Oktober 2024 saya menonton Dua Hati Biru dan pernyataan Wakil Menteri Kabinet Merah Putih yang menyatakan, kalau kepentok kerjaan ya wirausaha saja.

Udah lu bikin usaha aja ndiri kl mau kaya! Diucapkan oleh pengusaha mandi bola di mall yang selalu telat bayar gaji karyawan

Haha. Itu adalah urban legend terbaik dari masa ke masa. Pada kenyataanya wirausaha di Indonesia memiliki penghasilan bersih terendah dibanding pekerja bebas alias orang kerja serabutan.

Lalu apakah pekerja bebas di Indonesia hidup sejahtera? Bisa tidur selonjoran di kontrakan sesuka hatinya? Orang dengan segala fasilitas dalam hidupnya memang cenderung menuduh begitu. Belum lagi mereka punya kecenderungan membandingkan data Statistik Nasional dengan data anekdoktal teman-teman.

Padahal pekerja bebas dan wirausaha bekerja empat belas jam sehari nyaris tanpa liburan wirausahawan yang terlihat gemilang cuma bisa dari eksploitasi alam ataupun eksploitasi sesama ditambah adanya warisan dari generasi sebelumnya. Kalau generasi perintis ya cuma sanggup di bertahan.

Berawal dari Sok Jadi Pahlawan

2011 gue setuju mengambil waralaba pindahan agar partner hidup gue waktu itu bisa merintis usaha. Beberapa anak SMAN 28 mungkin mengenali partner gue ini karena mereka sama-sama berkuliah di Fakultas Ilmu Komputer UI. Gue, berumur 27 tahun, dengan lugunya berpikir bahwa mengambil waralaba akan memudahkan jalan hidup partner yang ingin berwirausaha. Namun gue baru paham usaha dijalani sendiri itu sulit. Jadi gue kepengen jadi hero tapi bukan supermarket, akhirnya ikut turun membantu. Itu pun tetap bocuan.

Seperti kebanyakan orang yang mengambil waralaba, gue berakhir buntung daripada untung. Keluar uang sewa ruangan di Margonda dan bertahan dengan panas yang pengap tidak menghasilkan apa-apa. Bagaimana nasib perusahaan yang menawarkan waralaba di 2023? Masih berdiri mapan, pemiliknya masih tetap makmur kagak bernasib kaya di sinetron Azab tuh. Mungkin itu juga akhirnya gue selalu tidak menyarankan orang ambil waralaba untuk memulai usaha karena gue melihat penjual waralaba lebih banyak terima duit kipas-kipas sementara pembeli wirausaha cuma bisa menahan napas. Sudut pandang gue ini sendiri berbeda dari teman kita Fajar yang mana beda pendapat tetap berkawanlah.

Langit adalah Batas? Langit-langit Kontrakan Depok Kali Ye

Gue sering banget melihat orang yang merintis usaha dengan alasan menyiapkan dana untuk pensiun, jauh di dalam hatinya langsung mengharapkan keuntungan sebesar gaji bulanannya saat ini. Kemakan jargon motipacot yang bilang kalau wirausaha maka batas penghasilanmu adalah langit. Langit mana bung? Orang Indonesia itu demen banget nyebut omzet kaya produser film Indonesia yang selalu cuma berani nyebut jumlah penonton sebagai angka keberhasilan. Ga usah ngomongin omzet say, sini mana persentase profit bulan kemarin dah. Bingung kan njawabnya. Antara gak mau ketahuan bahwa sebenernya usaha ini masih jalan semata-mata gali lubang tutup lubang atau memang ga ada catatan keuangan sederhana sebangsa P.O.S.

Belum lagi sindrom latah di Indonesia, yang budget pas-pasan, satu bikin Teh Jumbo, semua bikin teh manis kemasan ekstra, satu bikin pecel lele, semua bikin pecel lele. Kalau yang mapfin dikit, satu bikin kostan, gak lama yang lain ikut bikin aparkost. Satu bikin kebun buah, semua ikut bikin kebun. Satu pelihara hewan ternak, semua ikut nyebur. Kebun dan hewan ternak ini ganti-ganti trendnya, pernah masanya kelapa sawit, lele, pindah mangga, kambing, lengkeng, ayam cemani sekarang durian. Kalau dulu ide bisnis yang terlihat gilang gemilang itu bisa didapat dari beragam buku di Gramedia sekarang tinggal nontonin medsos sambil galer.

Dipikirnya, usaha-usaha tersebut pasti menguntungkan, tanpa butuh upaya pengawasan mendalam, tanpa dana perawatan besar, langsung ikut nyebur semua. Gak lama, di lini usaha apapun mau itu makanan atau kost-kostan apalagi laundry kiloan, selalu terjadi banting-bantingan. Mending kalau banting-bantingan ala WCW yang jelas settingan. Ini banting-bantingan menyangkut daya dan dana yang sudah kita keluarkan. Orang dengan modal lebih besar bikin kost yang lebih instagramable, pakai AC, ada wifi tapi harga cuma ratusan ribu rupiah, konglomerat bisa bikin kebun durian yang lebih siap panen, harga cuci kiloan bisa dibuat semiring mungkin sampai di luar nalar. Di situ lah terjadi supply jadi berlimpah sementara permintaan segitu-gitu saja. Gini kan bawaannya ingin mengelus dada kan? Dada Ariel?

Bapak, ibu, teman-teman yang sudah memikirkan bagaimana supaya tetap dapat uang bulanan di masa pensiun tanpa harus ngoyo bekerja, saran saja ya coba tilik produk surat utang negara yang sekarang bisa dengan mudah dibeli via aplikasi Brimo. Bukankah ada teman SMA kita Farina di BRI yang mungkin bisa lebih lanjut mengedukasi? atau beli reksadana di Welma BCA? Kalau boleh saran nih, jangan kepancing omongan om-om tongkrongan yang ngemeng, ‘dih kalau imbal balik cuma segitu mendingan bizniz‘ halah halah pret. Kemudian, kalau bisa ya hindari merintis wirausaha di usia pensiun. Wirausaha itu banyakan kekinya koq. Silakan membuktikan kata-kata ini 95% benar:

Ada Hasil yang akan Mengkhianati Ikhtiar namanya Nyebur Wirausaha

Vivi Alone 2023

Memulai Usaha Baru dengan Dana Paspasan

Setelah mengambil waralaba pindahan, gue akhirnya belajar bahwa gue selalu bisa bangkit lagi mencoba memulai sebuah usaha baru dengan dana terbatas. Gue sempat bikin loh usaha pindahan tandingan dari waralaba pindahan tersebut supaya lebih terjangkau. Jalan selama 2.5 tahun lalu akhirnya bangkrut dihantam Gobox karena Gojek punya dana lebih besar daripada saya untuk bikin harga promo selama berbulan-bulan.

Jakarta Pro Movers

Gue lalu memulai Rumah Steril dengan honor ngajar di EF, apakah karena gue suka kucing? Nope gue justu pengen kucing jalanan punah dari jalan. Ternyata solusi yang pantas untuk hewan ya disteril karena sudah terjadi overpopulasi kucing di Indonesia. Pendaftar pertama cuma 10 orang, kegiatan cuma sebulan sekali, sisa waktu ya gerilya cari duit di EF karena usaha pindahan cuma cukup bayar gaji pegawai dan kendaraan pickup. Pas udah mulai yakin usaha ini berkelanjutan, nekat beli AC bekas biar ruangan operasi kucing nyaman. Pake acara kepedean nawarin antar jemput kucing biar klien mau steril kucingnya. Siapa yang jadi supir taksi kucing? Tentu saja suami sendiri lah. Kan saya cuma bisa nyetir matic di jalan tol.

Jadi gitu ya, kalau mau mulai nyari profit dari sebuah keterampilan entah itu bikin kue, jual hasil bumi, jual lukisan, atau usaha rentenir, selalu lakukan dari kecil dulu. Ngiklan gratisan di WA status, atau ngiklan tipis-tipis di WAG yha khan kalau ternyata bikin prakarya rajutan ga dapat animo yang diharapkan, ya udah tarik napas, guling-guling, sambat lalu kalau mau coba hal berbeda ya silakan. Akhirnya gagal lagi? Ya kalau masih ada semangat mau coba yang lain silakan, kalau mau menyerah ya gak salah juga. Kan yang tahu kapasitas kita kan cuma kita sendiri. Gak usah ngoyo. Gue berakhir 1.5 tahun kudu rutin kontrol bulanan di poli jiwa. Ditanggung BPJS sih, tapi sesenggukannya , kepanikannya, kemarahannya gue sendiri yang njabanin.

Wirausaha Iya Nyambi Juga

Untuk diketahui bersama, sampai sekarang hasil usaha ini gak membuat gue liburan ke luar negeri, punya properti, apalagi membiayai program hamil. Lah terus koq bisa sempat coba inseminasi? sempat bisa jalan-jalan ke sana ke mari? Ya wirausaha itu selalu perlu jaring pengaman sosial. Dalam konteks akika, ya mengandalkan penghasilan kerja lepas anak mertua lah. Jadi kalau mau wirausaha cek dulu siapa sumber dana IMF Anda. IMF di sini adalah Istri, Mertua dan Famili. Kita tetap tenang mencoba-coba wirausaha yang banyak gagalnya ini, tapi uang bulanan lancar dari pihak di sebelah sana dengan penuh lapang dada. Udah ngandelin dompet pasangan hidup gue juga tetap putar otak koq bagaimana bisa mengupayakan anak jalur budget terbatas. Tuh Puji saksinya, dengan nyengir kuda gue nanya apakah kalau mau coba ulang kudu menjalani semua pemeriksaan dari awal dengan harapan bisa menekan biaya hahaha.

Usaha yang diurus saat ini

Udah lebih dari 10 tahun merintis wirausaha loh ini? Koq gak bisa mengandalkan uang dari wirausaha sepenuhnya? Ya realitanya begitu. Kalau ada yang merintis wirausaha dalam lima tahun sudah bisa cicil fortuner (yoii standar keberhasilan orang wirausaha kan naik mobilnya portuner my prend), sambil partner hidup tetap bisa di rumah saja fokus urus anak, ya rejekinya doi. Realitanya di luar sana kebanyakan yang wirausaha ya level mikro jadi bisa bayar cicilan mio beat dan bayar tagihan tepat waktu aja udah puji syukur. Kami? Ya kalau pas lakik gue ada permintaan ngajar pelatihan IT, ya gue jalan jadi asisten sekadar jadi tukang angkut-angkut, poto-poto, bikin konten biar dapat proyekan berikutnya.

Rumah Steril itu sebenarnya cuma satu lini usaha gue doang (lihat gambar di atas). Sampai saat ini pun gue konsisten tidak mengambil uang usaha untuk keperluan pribadi. Apa karena gue bijak? Kagak sik. Cuma sesuai masukan dari menteri keuangan saya yang notabene lulusan Fasilkom UI itu. Jadi ada tim keuangan yang menghitungkan berapa profit dan gaji per bulan yang bisa diterima, dibayari BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, sampai pulsa HP, tapi gak bisa lebih dari itu. Makanya gue sampai sekarang masih punya utang pribadi kepada seseorang, ya cicil aja terus dikit-dikit. Dana yang masuk sudah langsung ada pembagian untuk bayar pajak UMKM (Wih gue pamer banget ini ke Dian Sari dan Aditia Bukit), menabung THR, menabung piknik tahunan, sampai menyiapkan dana darurat usaha.

Kesimpulan

Awal-awal merintis usaha, saya kebanyakan drama pengen balik kerja jadi guru saja. Tidak perlu melihat klien Rumah Steril menangis kejer ketika kucingnya mati paska operasi. Tidak perlu deg-degan menghadapi sepi orderan plus tidak perlu kudu dobel kerjaan. Per 2018 saya sudah membulatkan tekad saya tidak akan lagi menengok ke masa lalu. Saya fokus untuk maju bersama karyawan yang ketika itu sudah 3 orang (sekarang 17 orang). Masih belum bentuk usaha PT ya teman-teman pajakku. Usahanya banyak, duitnya receh tapi teman-teman yang mungkin di Kemenaker ataupun BPJS Kes maupun BPJS TK, ga usah khawatir melihat foto tim kerja di bawah ini, sebagaimana usaha yang kami rintis ini membayari BPJS Kes dan BPJS TK kami, begitupun seluruh tim kerja kami bayari BPJS Kes dan BPJS TK nya. Mereka gak habis pikir ngapain repot-repot mereka perlu daftar mandiri, kudu ribet administrasi, tapi satu waktu mereka akan paham pentingnya dana untuk proteksi.

Apa yang membuat gue jadi fokus wirausaha sampai punya plan di 2024?? Tentu saja masih dengan strategi yang sama: bertahan hidup sambil celingak celinguk mencari sumber pendapatan yang lebih baik.

One thought on “13 Tahun Wirausaha

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *