Saya hanya bisa diam ketika seorang nenek yang protes dengan pendidikan matematika TK cucunya yang sudah belajar berhitung simbol (30 + 9 = 39 untuk anak TK bahkan usia SD sekalipun hanyalah simbol untuk mereka). Namun hal tersebut sempat saya kicaukan kepada beberapa orang di Twitter yang saya tahu (sangat) peduli tentang pendidikan. Tulisan Prof Iwan Pranoto suhu Matematika di ITB bisa dibaca di sini.

Di luar sana, banyak pendidik, tapi apakah mereka peduli dengan pendidikan yang tepat untuk anak ? Jawabannya belum tentu 🙂 Kembali ke cerita nenek tersebut, sang menantu adalah seorang guru di SD Katolik yang cukup ternama di Pekanbaru. Kalau tidak salah malah sekarang sang menantu sudah menjadi Kepala Sekolah. Nah, apakah sang menantu bukan pendidik yang benar dengan membiarkan anaknya belajar berhitung simbol di TK yang sama tempat ia bekerja ? Tidak. sama sekali tidak salah. Sebagai orang tua, sang menantu sedang berusaha mengikuti perkembangan jaman di sekitarnya. Sebagai guru, dengan standar dan akreditasi yang harus dikejar, dia tidak sempat untuk berpikir di luar kardus (out of the box, red. heheheeh). Satu hal yang ia tidak tahu, pendidikan Matematika sudah bergeser. Dunia sudah tidak membutuhkan anak dengan kemampuan berhitung super cepat tepat. Hei, komputer bahkan kalkulator sudah dapat menyelesaikan itu untuk anda.

Pendidikan Matematika yang dibutuhkan adalah kemampuan analisa. Mengkombinasikan segala strategi dalam berhitung untuk menemukan jawaban. Bagaimana membuat anak tergerak untuk memecahkan masalah sehari-hari dengan kemampuan berpikir kritis bukan cuma dengan Matematika tapi elaborasi semua aspek. Itulah seni belajar. Bukan cuma memahami simbol-simbol tanpa makna yang tidak bisa diterapkan anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari.