Sedikit Demi Sedikit, Tiap Hari Tiap Sifat

Kata-kata di atas adalah cuplikan lagu rohani yang saya sering dengar sewaktu kecil. Maklum di rumah nyaris tidak ada kaset lagu dunia, radio RPK selalu mengalun di pagi hari, dan saya sebagai anak ya mendengarkan lagu rohani sekolah minggu. Sekarang setelah saya besar, saya jadi mikir apakah James Clear ketika membuat buku hitsnya Atomic Habits terinspirasi lagu ini?

Setelah 27 tahun pertama hidup saya menjalani ritual keagamaan secara ketat, 10 tahun selanjutnya saya menjalani kegiatan religi sekena-kenanya. Alasannya? ngambek sama Tuhan. Alasan saya ngambek sama Tuhan tuh cuma perkara wirausaha dan perkawinan. Dah udah ga usah langsung kejauhan berpikir bahwa rekan usaha ataupun partner hidup saya itu ga bener. Sumber masalahnya saya koq. Saya kalau keluar dari zona nyaman memang nurut sama Tuhan untuk menjalani tapi awal-awal suka kebanyakan menyunyu. Modelan saya sama Tuhan itu :

Namun sasaran tembak kefrustasian saya bisa ke mana-mana. Saya pernah koq enam tahun dendam cuma masalah seragam baju kondangan tapi gak ada hasil fotonya. Astaga naga bonar. Masalahnya durasi saya menyunyu kali ini makan waktu 10 tahun. Pake acara divonis tumor jinak di rahim, operasi, berakhir di psikiater, dan puji Tuhan masih hidup, ga jadi merusak diri dengan banyak makan manis biar mati karena diabetes.

Proses saya berubah dari ngambek jadi menjalani semua ini dengan riang dan tenang itu ya prosesnya selama saya di poli jiwa. Saya yang tadinya apatis bisa menjadi compos mentis bahasa kerennya. Lalu awal 2023 ini bebannya ditambah. Tolong jangan dilihat penggunaan kata beban itu berarti sesuatu yang negatif. Kalau olahraga angkat barbel, mau gak mau kalau sudah terbiasa dengan 1 kg kan pasti naik ke 2 kg kalau gak, ya ga ngepek apa apa. Beban tambahan ini berupa : Vivi doa kek biar usaha ada titik terang. Beuh rasanya saya ingin langsung:

Saya merasa nyaris non stop bekerja, koq sekarang ditambahi berdoa? Segala alasan bahwa saya lebih religius maka saya yang berdoa itu, pengen saya lempari telek teles. Trus situ ngapain?? Namun seperti yang saya tulis di atas. Saya mencatat, menyunyu, lalu mengerjakan juga. Cuma kali ini ada beda sedikit dengan masa pra psikiatri. Kalau dulu saya mengerjakan sambil menempatkan diri sebagai korban yang paling menderita. Sekarang saya menjalaninya dengan tenang. Buat saya situasi hati yang paling mewah dan langka di bumi ini adalah tenang dan damai sejahtera. Bahagia itu sesaat. Sedih bisa berlalu. Namun tenang dan damai itu bisa tetap ada bahkan ketika kita sedang terpuruk.

Jadilah saya memulai kembali kebiasaan saya yang sebenarnya sudah diterapkan bertahun-tahun bersama alm ibu saya ketika dari kecil. Apa saja kebiasaan tersebut? doa pagi, baca Alkitab dan doa malam. Sekarang ya mirip juga bedanya ga sendirian. Doa pagi via zoom, baca Alkitab bersama di WAG, dan doa malam juga via zoom. Ga sepi lah pokoke. Di awal-awal, belajar dari James Clear soal Atomic Habits, Alkitab saya keluarkan dari kotak buku. Ada kali Alkitab cuma tergeletak enam bulan tidak tersentuh sama sekali sampai berdebu. Kemudian doa pagi sempat setengah mati bangun. Sering ikut doa pagi di awal lalu ketiduran, akhirnya saya membayar orang untuk gaya-gayanya jadi personal trainer ala ala di pusat kebugaran perkotaan. Tugasnya sederhana. Cuma membangunkan saya lalu memastikan saya mulai ikut doa pagi via zoom kemudian saya naik treadmill. Loh mengapa ada olahraga pagi segala? Sederhana. Paska poli jiwa, yang saya pelajari menjaga jiwa sehat itu perlu dengan olahraga rutin. Jadi kan hemat waktu. Doa pagi iya, olahraga iya. Susunan menu olahraganya sih saya sendiri yang tulis. Awal-awal dibuat gampang cuma sekadar jalan 20 menit. Sekarang cukup bervariasi walau tetap ringan.

Bagaimana dengan Alkitab? Akhirnya saya buat Alkitab lebih dekat lagi. Yang tadinya cuma di rak kerja, sekarang nampak di sebelah komputer saya jadi habis doa pagi bisa langsung baca Alkitab. Awal-awal ya lupa-lupa. Lama-lama terbiasa. Doa malam? Wah ini menjadi pendisiplinan saya berhenti kerja begitu jam 8 teng. Saya tadinya suka tak jemu-jemu masih kerja sampai jam 10 malam. Sekarang, begitu doa malam saya atur di kepala bahwa sudah selesai kerja ga ada lagi mikirin printilan. Jam 9 malam doa kelar, saya sudah siap-siap tidur karena keesokan paginya sudah ada doa pagi 05:30. Begitu terus Senin sampai Jumat. Apakah awal doa malam saya bisa berdoa? Apaan. Awal-awalnya, baru pendeta saya mulai penyembahan, saya sudah tertidur. Ini mau doa apa didoakan?

Buat orang mungkin hidup saya jadi menjemukan karena penuh ritual dan rutinitas. Buat saya ketenangan dan kedamaian itu sangat berarti buat saya yang notabene pernah mengalami masa-masa perkara sepele saja bisa bikin saya murka dan meledak-ledak dalam hati. Apakah ketika saya memulai aktivitas spiritual ini usaha saya pulih? ada titik terang? Belum koq saya malah penah dikomentari oleh orang yang menyuruh doa ‘doa lu ga manjur, ga terbukti nih’. Kalau dulu mungkin saya bawaannya pengen ceburin orang tersebut ke kolam baptisan tapi saya yang sekarang tetap menanggapinya dengan sukacita dan damai sejahtera. Oh ya saya akui saya cukup beruntung karena sudah dibiasakan di 27 tahun pertama hidup, untuk kembali punya kebiasaan ini jadi terasa lebih mudah dibanding orang-orang yang masa kecilnya tidak ada kebiasaan seperti ini. Cuma segala sesuatu yang sulit itu bukan berarti mustahil dilaksanakan. Bisa jalur surgawi minta Roh Kudus, tapi yang ingin jalur logika coba terapkan work book James Clear deh. Perubahan perilaku itu harus kecil-kecil dan menyenangkan. Jadi gak pa pa makan waktu lama. Saya sendiri kan mengawali di Februari 2023 baru agak ajeg bulan Oktober 2023. Gak ada yang bisa langsung ujug-ujug berubah karena semakin kita dewasa semakin gak ada manusia yang mandorin/ ngawasin kita. Beda di masa sekolah ada guru dan orang tua yang mengingatkan terus menerus.

Jadi begitulah sesuatu yang awalnya saya jalani secara terpaksa karena melaksanakan perintah akhirnya ya secara konsisten menguntungkan jiwa raga saya: Berat badan berkurang, otak jernih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *