Ga Mau Makan

Makan adalah hal yang mudah dan menyenangkan bagi kita orang dewasa. Namun, sebaiknya kita ingat bahwa anak-anak bisa jadi belum mempunyai persepsi yang sama tentang makan. Itulah sebabnya, hendaknya kita tidak terburu-buru kehilangan kesabaran ketika menghadapi anak kita yang susah makan, atau bahkan tidak mau makan alias GTM (Gerakan Tutup Mulut).

Sebagai orang tua, adalah hal yang wajar jika kita merasa cemas apabila anak kita susah/malas makan. Bagaimana bila anak saya sampai kurang gizi? bagaimana jika ia tidak dapat tumbuh dengan optimal? dan kekhawatiran lainnya yang spontan berkelibatan dalam benak kita. Akan tetapi, kita hendaknya ingat bahwa anak-anak adalah manusia yang baru mengawali hidupnya. Seperti halnya kemampuan yang lain, anak-anak memerlukan waktu dan proses tersendiri dalam hal makan-memakan ini.

Selain membiasakan anak makan makanan sehat bergizi, yang tak kalah pentingnya adalah mengajarkan perilaku makan yang baik dan positif agar anak menikmati makan. Pada dasarnya, sejak lahir manusia sudah mempunyai kemampuan alami untuk bertahan hidup. Sebagai contoh, bayi akan menangis jika lapar. Kita sebagai orang tua sebenarnya hanya tinggal mengajarkannya bagaimana merespon rasa lapar itu. Ajak anak makan bersama keluarga pada saat jam makan tiba. Sebagai awalnya, kita tidak perlu terlalu ketat menerapkan aturan bahwa anak harus makan pada jam-jam normalnya manusia dewasa makan. Jika ia belum mau makan pada saat jam makan, tunggu dengan sabar lalu tawarkan kembali beberapa saat kemudian. Yakinkan diri kita bahwa ia akan makan saat ia sudah lapar. Percayalah pada anak bahwa ia mampu mengatur asupan nutrisinya sendiri. Dengan demikian, anak juga akan percaya pada dirinya sendiri. Lama kelamaan, jangan kaget jika mendapati anak bisa minta makan sendiri pada jam makan. Satu hal yang perlu dicatat, kita sebaiknya jangan menawarkan susu atau camilan menjelang jam makan. Karena bisa jadi itulah sebabnya dia malas makan pada saat jam makan tiba karena masih kenyang.

Seperti kita, seorang anak juga punya mood makan sendiri. Pada suatu hari, ia akan makan lahap. Pada hari lainnya, bisa jadi ia tidak mau makan sama sekali. Tugas orang tua hanya memastikan asupan nutrisi mingguannya cukup. Selama asupan nutrisi mingguannya seimbang, mengapa kita harus begitu cemas? Jangan lupa, anak-anak memang masih mempelajari selera makannya sendiri di awal kehidupannya. Tak heran kadang-kadang ia memang menolak sayuran yang kita sodorkan, namun di hari lain ia tiba-tiba ingin mencoba berbagai jenis sayuran. Di sinilah peran orang tua. Ibu bisa berusaha menyajikan makanan semenarik dan sebervariasi mungkin. Hal ini karena anak cenderung memperhatikan tampilan fisik dari makanan agar berselera terhadap makanan tersebut.

Orang tua umumnya khawatir dengan porsi makan anak yang menurutnya terlalu sedikit. Padahal, kapasitas lambung anak tidak sama dengan orang dewasa. Sedikit bagi kita, bisa jadi sudah cukup bagi anak. Jika pada suapan kesekian anak mulai menutup mulutnya, maka itu berarti anak kita sudah merasa kenyang. Tak perlu kita memaksakan anak agar makan sebanyak yang kita mau. Beri anak haknya untuk makan sesuai kapasitasnya.

Pada waktu tertentu, memang ada masanya anak-anak menjadi susah makan. Misalnya pada anak usia di bawah 3 tahun umumnya belum mampu mengungkapkan keinginannya tentang makanan. Oleh karena itu, mereka jadi cenderung tidak mau makan. Bisa juga terjadi pada anak usia 4-5 tahun dimana mereka sudah tahu mana makanan yang mereka sukai dan tidak. Selera mereka juga telah terpengaruh oleh lingkungan dan iklan di TV. Namun, kita sebagai orang tua harus tetap berusaha menyajikan makanan sehat bergizi dengan tampilan yang menarik bagi anak-anak.

Penyebab anak susah makan juga bermacam-macam. Misalnya mau tumbuh gigi, keadaan mental/psikologis anak yang kurang baik, suasana pada saat makan, dsb. Oleh karena itu, kita sebaiknya mencari penyebabnya dahulu sebelum melakukan tindakan apapun untuk membuat anak doyan makan.

Menurut psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariana, S.Psi., M.Si., Psi. , ada 6 perilaku makan yang baik dan positif, yaitu :

  1. Makan teratur, yang terdiri dari makan berat sehari 3x dan makan makanan ringan 2-3x.
  2. Makan makanan bergizi. Porsi cukup dalam arti tidak berlebihan dan tidak kurang.
  3. Makan sendiri. Bukan disuapi.
  4. Bersama-sama makan dengan anggota keluarga lain.
  5. Duduk teratur. Tidak jalan-jalan, tidak sambil main, tidak sambil nonton.
  6. Dikunyah dan ditelan. Tidak diemut/disembur.

 

Untuk mengajarkan anak perilaku makan yang baik dan positif agar anak menikmati makan, tentunya memerlukan beberapa trik/tips tersendiri. Berikut beberapa tips yang bisa diikuti :

  1. Berikan contoh teladan yang baik pada anak, yaitu makan makanan sehat bergizi, makan di tempatnya, selalu menghabiskan makanan, dan makan teratur dengan porsi seimbang.
  2. Bangun rasa ingin tahu anak tentang makanan yang disajikan. Tentunya tidak cukup dengan hanya mengatakan,”Yuk makan … Enak lho ini …”. Ceritakan juga makanan tersebut terdiri dari bahan makanan apa saja, bagaimana rasa-rasanya, teksturnya, wanginya, manfaatnya, dsb.
  3. Berikan mereka pilihan dan sekali-kali biarkan mereka merancang menu mereka sendiri. Tanyakan mau makan apa. Selama tidak membahayakan kesehatan anak, mengapa tidak? Tak ada salahnya makan sandwich pada saat makan malam dan makan soto ayam pada waktu sarapan jika anak memang ingin.
  4. Berikan anak camilan sehat di waktu-waktu yang tidak terlalu dekat dengan waktu makan besar.
  5. Selalu sediakan hanya makanan sehat bergizi di rumah. Ajak anggota keluarga lainnya untuk terbiasa makan makanan sehat bergizi pula.
  6. Biasakan anak agar mempunyai rutinitas harian yang teratur, tidak hanya dalam hal makan saja, tetapi juga waktu untuk bermain, mandi, istirahat, dsb. Sehingga anak terbiasa disiplin dan teratur dalam menjalani harinya.
  7. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan. Ajak anak makan bersama keluarga, awali kegiatan makan dengan berdoa dan bersyukur, serta penuhi suasana makan dengan senyum dan canda.
  8. Beri makan anak dengan menu sehat yang bervariasi, sehingga kebutuhan gizinya terpenuhi secara lengkap. Jangan lupa untuk menyajikannya dengan tampilan yang semenarik mungkin. Sebisa mungkin ikut sertakan anak dalam penyiapannya mulai dari berbelanja bahan makanan, memasak, hingga menatanya di meja.
  9. Berikan kesempatan kepada anak untuk belajar makan sendiri. Meskipun awalnya hanya bikin kotor dan makanan banyak terbuang, pelan-pelan anak akan belajar mengkoordinasikan anggota tubuhnya dan mengembangkan kemampuan motoriknya untuk makan dengan benar. Selain itu, hal ini akan membantu anak mengembangkan motivasi dari dalam untuk makan demi kesehatan tubuhnya.
  10. Biasakan anak untuk berkonsentrasi pada kegiatan makannya tanpa melakukan kegiatan lain di saat yang bersamaan, seperti sambil nonton tv atau bermain-main. Jika anak ngotot ingin makan sambil bermain atau nonton tv, jelaskan baik-baik kepada anak bahwa ia boleh bermain atau nonton tv setelah menghabiskan makanannya.
  11. Terakhir, sediakan tabungan kesabaran yang banyak. Mengajarkan anak perilaku makan yang baik dan positif sehingga menikmati makannya tidak bisa selesai dalam waktu singkat. Yang terpenting adalah kemajuan kecil yang dicapai dalam setiap tahapan prosesnya.

 

Pada akhirnya, mengajarkan perilaku makan yang baik dan positif agar anak menikmati makan bukan hanya berguna untuk kesehatan tubuh anak. Namun juga bermanfaat untuk perkembangan fisik, mental, pikiran, dan kemampuan sosialnya. Dengan demikian, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang positif dan bahagia. (DODP)

Tinggalkan komentar