Saya mengucap syukur untuk hari ini karena akhirnya saya bisa datang TEDx JKT. Sebenarnya saya tidak lolos daftar batch 1 dan ngambek ga mau daftar di batch 2. Lalu saya bisa dapat seat di TEDx kali ini semata-mata karena saya sedang mantengin linimasa Twitter dan jreng jreng muncul postingan : masih ada 10 kursi kosong. Silakan langsung datang saja.
Itu sebabnya postingan saya sebelumnya tentang Holi-Hour terputus begitu saja. Saya saat itu langsung mengakhiri tulisan dan siap mengarah ke Jakarta International School. Pakaian saya sebenarnya hanya pakaian rumah : kaos merah dengan gambar beruang besar. Saya sukses menutupinya dengan blazer andalan sehingga setidaknya terlihat lumayan pantas hahahaha. Saya datang jam 1.30 dan saya langsung tertarik dengan video Shawn Anchor tentang The Happiness Advantage: Linking Positive Brains to Performance. Dilanjutkan dengan Orgasme Project oleh Firliana Purwanti. Topik soal orgasme sungguh luar biasa diangkat di kultur budaya yang malu malu tapi mau. Peserta perempuan yang hadir dan berani tepuk tangan dengan keras jelas perempuan yang pernah merasakan orgasme 😛
Oke mengapa sih saya ingin sekali datang ke TEDx? Karena saya suka menghadiri seminar gratisan (dalam sebulan saya sudah menghadiri seminar gratisan dari Kiwi untuk bisa bertemu dengan Rene Sudarsono, kelas Cisca dari DaVinci di Akademi Berbagi, dan yang terbaru ya TEDx ini). Intinya sih saya haus ilmu dana terbatas.
Selain itu alasan terbesar dan mendasar saya adalah ingin bertemu F Widayanto. Saya mengagumi hasil karyanya dan tempat tinggalnya di Tanah Baru. Beliau telah berhasil membuat saya jatuh cinta dengan keramik. He is my superstar & having interesting chat (+taking pic with him) truly an orgasmic experience for me. Saya ingin berbagi satu pernyataan dia yg penting untuk selalu diingat :
Tuhan tidak memberikan jalan pintas. Anda harus mengenali diri anda dan terus berkarya.
Ini pernyataan yang diluncurkan dari seorang maestro keramik yang pernah 3x tidak naik kelas, buta warna, ditertawakan keluarga karena hanya sekedar jadi sarjana cobek, tapi menghasilkan banyak karya indah yang langsung laku terjual walau baru sketsa. Sebuah karya dia yang saya sangat kagumi tadi harganya Rp.45 juta saja. Sungguh kalau uang bukan masalah, pastinya sudah saya gondol pulang ke rumah. Namun cukuplah saya terhibur dengan koleksi kupu-kupu buatan saya sendiri hasil mengikuti pelatihan membuat keramik di Tanah Baru 6 tahun yang lalu 😛
Pembicara lain setelah F Widayanto juga tidak kalah menarik : Noor Huda Ismail tentang lulusan pesantren yang teman sekamarnya ternyata adalah teroris dan bagaimana saat ini dia mengembangkan usaha untuk memberikan dukungan bagi teman ex-terorisnya. Luar biasa sekali ketika dia mengutip salah satu ayat Alkitab : Barangsiapa setia dengan perkara kecil, ia setia juga dalam perkara besar. Amin Cak Amin! Saya sungguh kagum sekali dengan langkah yang dia ambil. Ketika orang hanya sebatas mengapa ada terorisme, dia justru telah melangkah untuk merangkul orang-orang ex-teroris tersebut 🙂
Lalu ditutup dengan video dari Brene Brown yang meneliti tentang shame. Banyak pernyataan-pernyataan dia yang luar biasa menguatkan saya dalam menjalani hidup tapi ini yang harus saya ingat setiap kali saya merasa terpuruk :
“Vulnerability is the birthplace of innovation, creativity and change”
Menutup postingan ini ada hal lain yang saya pelajari : cara presentasi. Semua pembicara menyampaikan materinya kurang dari 15 menit. Padat. Mendalam. Orisinil. Semua itu tidak akan pernah terjadi jika orang-orang yang terpilih memang tidak sungguh-sungguh menikmati apa yang mereka jalani sekarang ini.Saya akan ingat betul jika satu waktu saya diundang jadi pembicara #eeeaaa
Wish I went with youuuuu… :((
tiap tahun ada koq. Moga2 tahun depan tempatnya di JIS lagi jadi lu bs liat JIS 😛