Grab: Alasan Kelayapan

Grab ini jadi semacam salah satu obat saya ketika merasa sepi. Selain menulis, sekarang saya sering order Grab hanya untuk berinteraksi dengan mahluk hidup lain yang berkaki dua. Sehari-harinya saya masih berbicara dengan manusia, tapi sebatas pesan di puluhan whatsapp group. Di pagi hari ada staf yang membantu, ada murid yang datang, lalu selebihnya hanya saya sendiri. Loh terus apa hubungannya dengan Grab?

Aplikasi ini saya unduh hanya karena iseng. Saya sakit sementara saya harus ke kantor di Permata Hijau. Dengan ketegangan sehari sebelumnya antara sopir taksi konvensional dan aplikasi PLUS saya sakit karena mata kambuh, akhirnya saya memilih pesan taksi sembari berbaring. Alasan memilih Grab sesederhana, abis aplikasi Uber serem warnanya item. Apakah kalau Gojek buat lini usaha taksi saya akan unduh Gojek? Gak.

Jadilah saya pelan-pelan pencet, order, dannn ternyata lima menit kemudian langsung datang. Saya ketika itu belum tahu bahwa Grab tidak bisa atur waktu. Karena perjalanan Beji ke Permata Hijau ini adalah perjalanan perdana, saya belum bisa memasukkan kartu kredit sebagai pilihan pembayaran. Wajar kali ya sis, antisipasi tipu-tipu. Baru kemudian pulangnya saya menggunakan kartu kredit. Sopir yang saya tumpangi sebenarnya baru pindah ke Grab. Sebelumnya dia bekerja di Blue Bird. Dia sempat ragu apakah bosnya akan percaya kalau pembayaran saya menggunakan kartu kredit tercatat. Saya bisa paham, sebagai sama-sama pemula, saya pun mengeluarkan kwitansi untuk beliau pegang sehingga kami berdua sama-sama tenang. Setiap kali transaksi selesai, Grab selalu mengirimkan bukti bayar via surat elektronik. Saya pun mengumpulkan dengan seksama di folder ‘receipt’ di email. Segala transaksi Grab berbaris manis bersama transaksi lainnya.

Nah karena kemudahan antara pilihan tunai atau kartu kredit, saya sudah beberapa kali memilih order Grab. Selain saya bisa sambil ngobrol (sebuah kebutuhan hakiki bagi seseorang yang selalu sendirian di rumah kontrakan), saya bisa sekaligus istirahat dan menyelesaikan pekerjaan. Seperti kemarin ketika saya pergi ke Imigrasi, saya dan sopir bisa meloncat-loncat membahas keseharian kami masing-masing sambil saya memantau adakah revisi laporan yang saya kerjakan. Saya cukup terhibur bisa melihat Jakarta tanpa perlu mengelus dada dengan kondisi kendaraan umum (saya selalu menggunakan commuterline dan Bus Transjakarta) yang bisa tiba-tiba terlambat atau apes dapat kendaraan yang pengap. Lagi-lagi yang terpenting, saya bisa ngobrol. Di kendaraan umum, saya tidak bisa begitu saja mengobrol. Seringkali orang lelah atau sibuk dengan gawai masing-masing.

Mumpung transaksi Grab ini belum panjang terlampir saya buatkan gambaran dinamika perjalanan saya dengan Grab. Saat ini pembayaran yang dominan masih TUNAI (68%). Andai transaksi pertama sudah menggunakan kartu kredit, dipastikan kedua transaksi beda tipis

transaksi Grab
transaksi Grab

Jasa yang paling saya gunakan tentu saja Grab Bike karena sebenarnya siklus hidup saya hanya seputar Kecamatan Beji. Pada dasarnya saya memang anak rumahan. Ehehehe

jasa yang digunakan grab
jasa yang digunakan di Grab

Nah untuk tukang ojek yang sering saya naiki adalah Mas Risan. Ini sebenarnya karena Mas Risan tinggal tidak jauh dari tempat saya. Dia cerita bagaimana usaha bensin botolannya tewas karena persaingan dengan bensin Pertamini. Yah begitulah. Oh ya tukang ojek dan sopir jadinya masih 1x semua ya dari 19 transaksi yang pernah saya lakukan bersama Grab. Saya masih bertugas sebagai navigator. Bukan karena mereka buta jalan, tapi karena saya mengalami kepuasan batin jika bisa membagikan jalan tikus untuk memperkaya khasanah lika liku jalan singkat di kisaran Jakarta Selatan – Depok muahahaha.

driver grab

Akhir kata mari bahas aplikasinya. Saya suka warnanya terang. Hijau. Segar. di dalamnya ga neko-neko. Sebenarnya saya agak khawatir dengan posisi Grab Taxi yang tidak terletak dalam 1 layar sehingga orang perlu menggeser untuk pilih taksi. Tentu jika butuh penggeseran untuk memilih, orang cenderung memilih yang langsung terpampang nyata yaitu Grab Car atau Grab Bike. Ya mungkin itu tujuannya Grab ya: pilih produk unggulan dulu.

grab-yang-akan-dtg.png.png
Tuh kan Grab Taxinya kepotong

Sepanjang 18 kali penggunaan, saya cuma 1x layar pencarian driver hanya berupa lambang pencarian sinyal dan latar hitam. Padahal biasanya saya bisa melihat nama kandidat driver yang akan mengarah ke saya. Saya menutup semua aplikasi, baru saya buka kembali dan berjalan dengan baik

grab-list-yang-mgk-dtg.png.png

Setelah itu kita bisa mendapat nama sopir, lengkap dengan plat, dan bisa mengirim pesan ataupun menelpon antisipasi penjemput kita kesasar. Saya sih selama ini dengan membubuhkan keterangan rumah di note, sopir tidak pernah kerepotan mencari. Oh ya, begitu kita memperoleh koordinat lokasi driver, kita juga bisa melihat foto driver. Jadi lebih pasti dan tidak kebingungan (ini sudah pernah terjadi ketika saya di halte Margo. Kondisi gerimis, baik driver maupun penumpang sama banyaknya)

driver-grab-yang-dtg.png.png
grab bike perdana

Penting ga penting:

  • Saya senang ketika membuka Grab, ada fitur baru JAM. Saya belum pernah pakai sih. Cuma saya cukup senang lah, Grab diperbaharui tanpa harus perlu install-uninstal-login
  • Saya sewot karena saya tidak bisa mengganti icon wajah saya sementara semua driver punya wajah asli mereka terpampang jelas. Ya kalau belum bisa upload foto, bolehlah kita atur icon kita sendiri menjadi cewek imut berkacamata

animated.gif

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s