
Menemukan produk K for K ini di Hypermart Pejaten Village sangatlah menarik buat aku yang tidak terlalu banyak dalam urusan berkebun apalagi harus mengajarkannya kepada murid. Aku menemukannya di sudut bagian alat-alat untuk taman dekat bagian rak sayuran. Harganya pun sangat murah cuma Rp 10.000.
Di dalam kaleng ini sudah ada bibit, tanah, pupuk, dan manual cara pengerjaan termasuk didalamnya ada lembar observasi sehingga pas untuk mengajarkan langkah per langkah bercocok tanam tanpa harus menyusun manualnya sendiri.
Sayangnya dalam proses pertumbuhan, tercabutlah bibit tanaman sehingga tidak bisa diketahui apakah akhirnya produk ini berhasil tumbuh. Ingin rasanya membeli satu kaleng lagi untuk percobaan pada diri sendiri..
Pelajaran berkebun tetap berlanjut walaupun tidak ada K for K karena sebenarnya ada bibit yang dibeli di toko Trubus dan ditanam secara konvensional, mulai dari mencampur tanah dengan pupuk, semai bibit, siram dan lain lain. Sama saja prinsipnya dengan menggunakan K for K cuma lebih main kotor-kotoran dengan tanah. Hasilnya saat ini mulai menunjukkan keindahannya ketika daun-daun kecil itu mulai merekah. Berkebun memang belum menjadi keahlian saya, tapi akan sangat menarik jika saya bisa mengajarkan berkebun yang sederhana kepada murid-murid dan menikmati hasilnya dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama hehehehe.


Tulisan di atas adalah tulisan saya per tanggal 19 Maret 2011. 3 tahun setelah itu tepatnya 14 Juni 2014 pagi-pagi saya meluncur ke East West Seed Expo di Purwakarta. Perjalanannya memang lebih singkat daripada ke Bandung. 2 jam lah. Saya tiba di lokasi kantor East West Seed di bilangan Desa Benteng Kecamatan Campaka Purwakarta. Bagaimana saya bisa tahu ada East West Seed Expo ? Tentu saja karena teman saya bekerja di situ. Saya bersyukur cuaca cerah dan saya merasa tidak rugi mengunjungi acara ini. Sepertinya tidak banyak orang awam yang tahu acara ini. Ketika saya datang, kebanyakan pengunjung adalah keluarga pegawai. Saya dan partner pun segera meluncur dan asyik berfoto sana sini. Sebenarnya hasil jepretan partner saya banyak yang bagus di kameranya. Namun karena kamera sedang tidak saya pegang, foto-foto ini adalah hasil jepretan saya sendiri menggunakan kamera ponsel.
Sepertinya kami hampir dua jam berkeliling dan puas bisa melihat kebun sekaligus pabriknya. Buat saya ini adalah rekreasi wirausaha. Petualangan melihat rintisan beberapa orang yang dimulai di Belanda sampai akhirnya sebesar ini dan ada di beberapa negara. Gw ajaa… ah sudahlah.. Oh iya di expo itu saya juga sempat mencicipi martabak telur yang bawangnya adalah bawang Tuktuk sebagai produk benih andalan Panah Merah (nama produk lebih dikenal Panah Merah, bukan East West Seed), es krim labu, rebusan jagung dan rebusan labu. Di pabrik saya salut sekali melihat segala sesuatunya serba tertata rapi, sementara melihat tempat tinggal dan gudang saya… ah sudahlah.. Ketika saya di sana bagian pabrik tetap berjalan seperti biasa. Bagaimana pilih pilah bibit, pengemasan sampai bagian pengepakan untuk dikirim. Saya yang merasa jago peta Indonesia sempat mengernyitkan dahi karena ada beberapa daerah pelosok yang saya sendiri tidak tahu masuk propinsi mana.
Saya pulang memang dengan tidak membawa hasil panen tapi secara umum saya puas. Saya senang melihat hasil kerja rintisan usaha orang menjadi sebesar ini. Jam 11.30 kami meluncur ke Jakarta. Saya sempat mual karena masuk angin sementara partner saya sempat ngantuk sehingga kami total berhenti di rest area sebanyak dua kali. Kami tiba di Depok sekitar jam 4 disambut hujan dan disusul mati lampu. Hore!!