Soal persiapan dana pensiun ini sebenarnya sudah lama saya sadari ketika 2012 saya memilih keluar dari pekerjaan tetap saya. Ketika itu saya cukup detail membaca soal dana pensiun dari tulisan seorang financial planner. Saya baru kembali memikirkan hal ini ketika usaha saya yang super mungil ini mulai punya ritme kerja yang jelas. Saya jadi punya waktu memikirkan hal yang tidak sempat saya telaah karena kesibukan mengejar om om. Iya masih Si Omzet juga. Sebelumnya saya sudah kembali menyisihkan pendapatan bulanan untuk membayar BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.
Berikutnya adalah mempersiapkan dana pensiun. Mengapa perlu memikirkan ini? Karena kita tahu dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan tidaklah mencukupi untuk kehidupan beberapa puluh tahun ke depan. Nah, untuk mengukur berapa dana yang saya butuhkan, kapan saya pensiun, dan kapan kira-kira saya meninggal ini memang butuh kejujuran diri. Haha. Saya menggunakan kalkulator dari website financial planner tersebut dan beginilah tahap pertama yang saya lakukan:

Ketika berhitung dengan angka apalagi keuangan memang kita tidak bisa berlaga seperti Chairil Anwar yang ingin hidup 1000 tahun lagi. Ini memang angka harapan. Pasti di usia saya sekarang percaya diri banget untuk bekerja terus tanpa perlu pensiun. Namun tentu ada di satu titik usia kita tidak ingin kerja ngoyo tapi tetap bisa membayar pengeluaran bulanan sebagaimana mestinya.

Hasil penghitungannya ketika saya memasuki masa pensiun, yang saya tetapkan sendiri di usia 60 tahun dan tutup usia 70 tahun, saya membutuhkan dana Rp.11 Milyar tanpa jalur korupsi tidak tertangkap KPK. Tentu juga tidak bisa mengharapkan sugar daddy lah wong badan dan usia bukan lagi sugar baby. Jadi pilihan saya adalah kepada reksadana.
Dulu ketika saya bekerja sebagai guru, yang saya tahu beli reksadana ya di Commonwealth Bank. Cuma sekarang mengingat pekerjaan saya kebanyakan menatap toko online, saya mencari reksadana ya dari HP saja. Ada syukur, ga ada yo wis lah.
Akhirnya saya iseng melihat dua market place tempat saya membuka toko. Kebetulan mereka sama-sama menawarkan reksadana. Toko sebelah agak aneh. Launching produk reksadana koq cuma satu? Untuk saya yang pernah membuka reksadana di Commonwealth Bank dengan segitu banyak pilihan produk reksadana jadi tidak tertarik.
Namun apa lah saya ini koq mengomentari karya anak bangsa. Saya pun beralih melihat Bukalapak, karya anak bangsa lainnya tentu saja. Sebenarnya saya semacam patah semangat berjualan kebutuhan kucing di sini karena sepi tapi saya tetap memutuskan membuka toko justru untuk melihat fitur apa yang mereka baru luncurkan. Saya iseng klik:

Lalu saya pun iseng mengisi:

Awalnya saya agak tidak nyaman ketika klik BukaReksa koq langsung diarahkan isi profil dan daftar. Kan mau window shopping, gan! Saya akhirnya mencoba Kalkulator Finansial dulu. Saya masukkan lah angka dari kalkulator di atas yang 11 M lewat itu ke dalam aplikasi

Lalu pilihan produk yang muncul adalah:

Haha angkanya luar biasa sekali ya. Bahkan jika saya kembali bekerja penuh waktu, saya tidak bisa mendapatkan gaji yang cukup untuk disisihkan dana pensiun sebesar itu. Oh iya, sebenarnya di Bukalapak pilihan produknya banyak sekali. Saya melihat Paribas karena dulu saya pernah punya reksadana di sini juga
Sekalipun angka yang sebenarnya saya butuhkan luar biasa besar, saya tidak patah semangat. Saya tetap mendaftar:

Iya pendaftarannya sesederhana itu. Saya juga mengisi profile persis seperti saya dulu membuka rekening untuk reksadana di Commonwealth. Bedanya lebih praktis dan cepat:

Berikutnya saya bisa langsung membeli reksadana. Tentu saja saya tidak membeli sebanyak itu. Saya membeli semampu saya setidaknya saya mulai kembali melangkah. Buat saya ini semacam kembali berlatih olahraga setelah sekian lama cuma jempol saja yang rajin gerak.

Prosesnya memang butuh waktu 2 hari. Percobaan pertama saya malah ditolak. Entah mengapa. Saya tetap coba beli kembali cuma akhirnya saya membagi dana saya di dua produk reksadana. Kembali saya order dan menunggu dengan manis. Beli reksadana memang ga bisa meneror penjualnya bolak balik nanya kapan dikirim. Percobaan kedua ini saya berhasil. Saya pun tinggal perlu membuat pengingat di HP untuk kembali rutin membeli reksadana setiap bulan.
Yah begitulah cara saya memulai mempersiapkan dana pensiun. Buat financial planner usia saya ini terlambat sebenarnya sehingga beban dana yang dikumpulkan jadi besar. Namun buat orang buta finansial seperti saya, yang baca buku tabungan saja bingung, langkah kecil ini lebih baik daripada cuma diam dan berharap selalu akan ada yang mengurus saya di masa tua. Oh ya artikel menarik soal finansial bisa dibaca-baca di sini ya.
Satu pemikiran pada “Si Pekerja Lepas Akhirnya Mempersiapkan Dana Pensiun”